
Dari Aisyah RA berkata : Nabi Saw bila memasuki malam sepuluh terakhir dibulan Ramadhan menyingsingkan bajunya dan menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya (Bukhari 2024) (Muslim 1174)
Bagaimana ibadah seorang wanita yang haid di 10 hari terakhir Ramadhan?
Wanita yang haid dibolehkan melakukan semua bentuk ibadah kecuali shalat, puasa dan thawaf di Ka’bah serta i’tikaf di dalam masjid.
Bagaimana menggapai Lailatul Qodar bila sedang haid?
Haid bagi wanita merupakan salah satu bentuk nikmat dari Allah. Keberadaan darah haid pada wanita menunjukkan bahwa wanita tersebut memiliki kemampuan untuk memiliki keturunan. Sebagian wanita muslimah akan mengalami penurunan semangat beribadah atau bahkan penurunan iman di saat sedang haid. Padahal hal tersebut merupakan kesempatan emas bagi syaithan untuk menggoda mereka.
Dari Aisyah RA berkata : "Nabi SAW bila memasuki malam sepuluh terakhir dibulan Ramadhan menyingsingkan bajunya dan menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya" (Bukhari 2024) (Muslim 1174).
Menghidupkan malam-malam Ramadhan tidak dikhususkan dengan shalat saja, tapi mencakup semua ketaatan pada Allah, oleh karena itu sebagian ulama mentafsirkan :
1. Al Hafidz (Ahmad bin Hajr Al ‘asqolani) berkata : (menghidupkan malam-malamnya) adalah bangun malam dengan menjalankan ketaatan pada Allah.
2. An Nawawi berkata : menghidupkan malamnya dengan bangun malam melaksanakan shalat dan lainnya.
3. Dalam kitab (’aunul ma’bud : syarh sunan Abu Daud): artinya menghidupkan malam-malamnya dengan shalat, dzikir dan membaca Quran Amalan yang paling utama yang dilakukan seorang hamba pada lailatul Qadr adalah shalat malam, Sabda Nabi Saw “Barang siapa shalat malam pada lailatul Qadr dengan keimanan dan pengharapan pahala diampuni dosanya yang telah lalu” (Bukhari 1901) (Muslim 760).
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 331)
Adakah wanita sedang haid terhalang dari keberkatan lailatul Qadar? Sudah tentu jawabnya tidak, Allah SWT Maha adil. Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah:
1. Membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf. (Dalam at Tamhid (17/397, Syamilah), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para pakar fiqh dari berbagai kota baik Madinah, Iraq dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artian berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah para pakar fiqh dan hadits di masanya)
2. Zikir, seberti tasbih (mengucapkan subhanallah), tahlil (lailaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan yang semisal dari itu. Maka perbanyak mengucapkan, subhanallah, wal hamdulillah, wa la ilaha illallah, wallahu akbar, wa subhanallah wa bihamdihi, wa subhanallahu al’adzim.. dan yang semisal itu.
3. Beristigfar, maka perbanyak mengucapkan “astagfirullah “.
4. Berdoa, maka perbanyak berdoa kepada Allah dan memohon kebaikan dunia dan akhirat. Karena doa adalah ibadah yang terbaik. Sampai Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmizi, 2895, dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Tirmizi, no. 2370)
Doa pada malam Lailatul Qodar.
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ : قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
“Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adapun tambahan kata “kariim” setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun …” tidak terdapat satu dalam manuskrip pun. Lihat Tarooju’at no. 25)
Wallahu'alam bishowab
Semoga kita mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qodar, amiin
Referensi:
1. www.islam-qa.com
2. syahrie.wordpress.com
3. muslimah.or.id