------------------------------------------------------------------
Hari-hari yang membahagiakan itu akan segera tiba...
Semoga kita dapat memaknainya, melewatinya dan menikmatinya sesuai ADAB IDUL FITHRI yang dicontohkan Rasulullah tercinta
-------------------------------------------------------------------
1. Perayaan Idul Fithri dan Idul Adha ditetapkan oleh Allah Ta'ala dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Aku datang pada kalian sedang kalian memiliki dua hari yang kalian besenang-senang di dalamnya pada masa jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian yang lebih baik dari dua hari itu yaitu : hari Raya Kurban dan hari Idul Fithri". (Shahih: Abu Daud no. 1134, An-Nasa'i no. 1556)
2. Idul fithri adalah hari berbuka
"Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan". Shahih: Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660 Dari Abi Hurairah
3. Penetapan Idul fithri dengan melihat hilal (rukyah) bukan dengan hisab
“Bahwa beberapa kafilah tiba menghadap kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka mempersaksikan bahwa mereka telah melihat hilal kemarin. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mmerintahkan mereka untuk berbuka. Dan apabila esok paginya, agar mereka menuju ke mushalla mereka.”
(Shahih: Abu Dawud no. 1157, An-Nasa`i no. 1507, Ibnu Majah no. 1653, Ahmad 5/58. dari Abdullah bin Umair bin Anas)
4. Mengeluarkan Zakat Fitrah sebelum melaksanakan sholat ‘Id
“Rasulullah memerintahkan kami agar zakat fithrah itu dibayarkan sebelum orang-orang keluar menuju sholat.” (Muttafaqun ‘Alaihi: Bukhari no. 1509, Muslim no. 986)
5. Mandi janabat sebelum shalat ‘Id
“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwasanya Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).”
Shahih: Muwaththa` 1/177, Al-Imam Asy-Syafi’i dari jalannya dalam Al-Umm
Imam Said Ibnul Musayyib berkata : “Sunnah Idul Fithri itu ada tiga : berjalan kaki menuju ke mushalla, makan sebelum keluar ke mushalla dan mandi"
Shahih: Irwaul Ghalil 2/104
Seseorang bertanya kepada ‘Ali radhiallahu 'anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi.” Ali radhiallahu 'anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” Shahih: Al-Irwa` 1-176-177
6. Menghias diri di hari raya dengan memakai pakaian terbaik, wangi-wangian dan bersiwak
"Rasulullah menggunakan kain ganggang Yaman pada hari raya,"
Sanadnya jayyid: Ash-shabihah no: 1279 dan Al-haitsami dalam Majma'uz Zawa-id II: 201
Abdullah bin Umar bahwa Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Umar radhiallahu 'anhu berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)….”
Muttafaqun ‘alahi: Bukhari no. 886, Muslim no. 2068
Ibnu Rajab berkata: “Hadits ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka.” (Fathul Bari)
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata: "Ibnu Abi Dunya dan Al-Baihaqi telah meriwayatkan dengan isnad yang shahih yang sampai kepada Ibnu Umar bahwa Ibnu Umar biasa memakai pakaiannya yang paling bagus pada hari Idul Fithri dan Idul Adha".[Fathul Bari 2/439]
7. Makan kurma dengan jumlah ganjil sebelum berangkat sholat ‘Id
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pergi (ke tanah lapang) pada hari Idul Fitri hingga beliau makan beberapa butir kurma.
Shahih: Bukhari no: 953 dan Tirmidzi no: 541
Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih: Bukhari no. 953, Tirmidzi no. 543, Ibnu Majah no. 1754 dan Ahmad 3/125, 164, 232)
8. Berjalan kaki menuju tempat sholat ‘Id
“Termasuk dari perbuatan sunnah apabila seseorang keluar menuju sholat ‘id dengan berjalan kaki." (Hasan: Tirmidzi no. 530, Ibnu Majah no. 1296)
9. Sholat ‘Id di tanah lapang bukan di Masjid
" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa keluar menuju mushalla (tanah lapang) pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, maka pertama kali yang beliau lakukan adalah shalat ..."
Hadits Shahih: Bukhari no. 956, Muslim no.889 dan An-Nasaa'i 3/187, Dari Abu Said Al Khudri Radliallahu 'anhu
Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi menyatakan: "Sunnah untuk melaksanakan shalat Id di tanah lapang, Ali Radliallahu 'anhu memerintahkan yang demikian dan dianggap baik oleh Al-Auza'i dan Ashabur Ra'yi. Inilah ucapan Ibnul Mundzir.
tujuan dari pelaksanaan Shalat Id di tanah lapang adalah agar terkumpul kaum muslimin dalam jumlah yang besar di satu tempat.
10. Mengambil jalan berbeda ketika berangkat dan pulang dari sholat ‘Id
"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali dari mushalla)". (Shahih: Bukhari no. 986, Dari Jabir bin Abdillah Radliallahu 'anhu).
11. Anak-anak dan wanita di perintah untuk menghadiri sholat ‘Id
“Kami diperintahkan untuk menyuruh keluar (menuju tempat pelaksanaan) shalat Ied, wanita-wanita pingitan yang merdeka dan juga yang sedang haidh, agar mereka (para wanita) menyaksikan kebaikan dan sebagai dakwahnya kaum muslimin. Adapun wanita yang sedang haidh hendaknya menjauhi tempat shalat. Dalam lafazh lain disebutkan, bahwa salah seorang wanita berkata : Wahai Rasulullah, (bagaimana bila) salah seorang kami tidak mempunyai jilbab (kain yang menutup dari atas kepala hingga kaki) untuk bisa keluar ke sana (ke tempat pelaksanaan shalat Ied) ? Beliau menjawab: ‘Hendaknya saudarinya memberikan pinjam jilbabnya’
Ibnu Abbas sedang ditanya, apakah engkau pernah menghadiri shalat Ied bersama Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam? Ibnu Abbas menjawab: ya pernah, dan pada saat itu aku masih kecil.”(Shahih: Bukhari no. 933)
12. Mengumandangkan takbir dengan suara keras ketika keluar rumah menuju lapangan hingga imam berdiri menunaikan sholat ‘Ied
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir.” (Shahih: Ash-Shahihah no. 171)
Pada pagi hari Idul Fitri dan Idul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga ia tiba di mushalla, kemudian ia tetap bertakbir hingga datang imam.
Shahih: Ad-Daraquthni, Ibnu Abi Syaibah, Irwaul Ghalil 650
Al-Albani berkata: “Disyari’atkan bagi kaum muslimin untuk mengucapkan takbir dengan suara keras di jalan ketika menuju lapangan walaupun sebagian besar kaum muslimin meremehkan sunnah ini walapun sebagian besar kaum muslimin mulai meremehkan sunnahy ini sehingga hampir-hampir hal ini menjadi berita yang usang.
13. Lafadz takbir
lafadh Ibnu Mas'ud:
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR LAA ILAHA ILLALLAHA, WA ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMDU.
"Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian".
Shahih: Ibnu Abi Syaibah 2/168
lafadh Abbas bertakbir dengan:
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, WA LILLAHIL HAMDU, ALLAHU AKBAR, WA AJALLA ALLAHU AKBAR 'ALAA MAA HADANAA.
" Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah lah segala pujian, Allah Maha Besar dan Maha Mulia, Allah Maha Besar atas petunjuk yang diberikannya pada kita".
Shahih: Al Baihaqi 3/315
lafadh Salman Al- Khair Radliallahu anhu, ia berkata :
“ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR KABIRA".
Al-Hafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam "Fathul Bari (2/536) :
"Pada masa ini telah diada-adakan suatu tambahan dalam dzikir itu, yang sebenarnya tidak ada asalnya".
14. Tidak ada sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah ‘Ied
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dua rakaat pada hari Ied, tidak shalat sebelumnya dan tidak pula sesudahnya."
Shahih: Bukhari 945, 989, 1364, Muslim 884, Abu Dawud 1159, At-Tirmidzi 537, An-Nasa`i 3/193, Ibnu Majah 1291, Abdurrazaq 3/275, Ahmad 1/355 dan Ibnu Abi Syaibah 2/177
15. Tidak adzan dan iqomat dalam sholat ‘Ied
“Aku pernah shalat dua hari raya bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih dari sekali dua kali, tanpa dikumandangkan azan dan tanpa iqamah"
Shahih: Muslim no. 887, Abu Daud no. 1148 dan Tirmidzi no. 532
16. Bertakbir 7 kali pada raka’at pertama sebelum membaca al-Fatihah dan bertakbir 5 kali pada rakaat kedua
“Rasulullah (biasa) takbir pada (shalat) dua hari raya tujuh kali pada raka'at pertama lima kali pada raka'at kedua."
Shahih: Ibnu Majah no: 1279
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat Idul Fithri dan Idul Adha, pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua lima kali, selain dua takbir ruku". (Shahih: Abu Daud no. 1150, Ibnu Majah no. 1280, Ahmad 6/70 dan Al-Baihaqi 3/287)
17. Bacaan antara 2 takbir
“Diantara dua takbir memperbanyak pujian dan pengagungan kepada Allah”.(Hasan: al-Baihaqi). Contohnya dengan membaca Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaa ha ilaLLAH, Allahu akbar. Hal tersebut tidak ditentukan namun pada intinya terdapat kalimat pengagungan (tahmid) kepada Allah SWT.
18. Membaca surat setelah al-Fatihah
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam biasa membaca pada dua hari raya dan pada Jum'at SABBIHIS MA RABBIKAL A'LAA dan HAL ATAAKA HADITSUL GHASYIAH."
(Shahih: Muslim no. 878, Abu Dawud no. 1109, Tirmidzi no. 531, Nasa'i. III 184 dan Ibnu Majah no.1281)
“Pada hari raya Umar pergi (ke tanah lapang), lalu bertanya kepada Abu Waqid al-Laitsi, "Pada hari raya seperti ini Nabi membaca surah apa? "Jawabnya, "Surah Qaaf dan surah Iqtarabat."
Shahih: Muslim no: 891, Abu Dawud no: 1142, Trimidzi no: 532, Nasa'i III: 183 lbnu Majah no: 1282).
19. Khutbah setelah sholat ‘Ied
Dari Ibnu Abbas r.a. bercerita, "Aku menghadiri shalat ‘id bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semuanya shalat sebelum Khutbah." (Muttafaqun Alaih: Bukhari no: 962 dan Muslim no: 884)
20. Berkhutbah tidak menggunakan mimbar
“Pernah Marwan mengeluarkan mimbar pada hari raya. Lalu dia memulai khutbah sebelum mengerjakan sholat. Seseorang laki-laki berdiri dan berkata, ‘Hai Marwan, anda telah menyalahi sunnah, anda telah mengeluarkan mimbar pada hari raya, padahal mimbar itu belum pernah dikeluarkan pada hari raya, juga anda telah memulai khutbah sebelum sholat.” (Shahih: Shahih Abu Dawud no.1140)
Imam Bukhari membuat Bab: “Al-Khuruj ilal mushalla bighairi mimbar.”
(keluar ke tempat shalat tanpa mimbar)
21. Membuka khutbah dengan pujian kepada Allah bukan dengan takbir
Khutbah ‘id dilakukan sama dengan khutbah-khutbah yang lain di buka dengan pujian kepada Allah (kalimat tahmid).
22. Imam memberikan nasehat untuk wanita dan mengajurkan mereka untuk bersedekah.
“Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar pada hari raya, lalu sholat dengan orang-orang dua raka’at, kemudian beliau salam lalu berdiri diatas kakinya, beliau menghadap kepada orang-orang yang sedang duduk, maka beliau bersabda, ‘Bersedekahlah, bersedekah.’ Maka para wanitalah yang paling banyak bersedekah dengan anting, cincin dan sesuatu yang lain. …”
Shahih: Bukhari no. 977, Ibnu Majah no.1072, Nasa’i no. 1585.
23. Tidak ada kewajiban menghadiri khutbah
“Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.”
Shahih: Abu Dawud no. 1155, An-Nasa`I 3/185, Ibnu Majah no. 1290
24. Menurut sunnah Imam berkhutbah satu kali dan bukan dua kali, berdiri diatas tanah dan bukan diatas mimbar
Riwayat yang menerangkan adanya dua khutbah adalah dhaif jiddan.
25. Ucapan di hari raya ‘Ied
Ibnu Qudamah dalam "Al-Mughni" (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : "Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain :
TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKUM
(semoga Allah menerima amal kami dan kalian)
Imam Ahmad menyatakan : "Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)"
26. Tidak berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya
“Seorang lelaki ditikam kepalanya dengan jarum dari besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Shahih: Ash-Shahihah no. 226)
27. Tidak menyerupai (tasyabuh) dengan orang kafir dalam berpakaian dan mendengarkan musik
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
Shahih: Ahmad 2/50, 92
“Niscaya akan ada dari umatku sekelompok orang yang menghalalkan perzinahan, sutera, khamer dan alat-alat musik.” (Shahih: Bukhari no. 5590, Abu Dawud no. 4039)
28. Tidak masuk menemui wanita yang bukan mahramnya
“Hati-hatilah kalian terhadap masuk untuk menemui kepada wanita yang bukan mahram.”
Berkata seorang dari Anshor: “Bagaimana dengan saudara ipar? Beliau bersabda: “Saudara ipar itu adalah kebinasaan.” (Muttafaqun ‘alahi: Bukhari no. 5232, Muslim no. 2179).
29. Tidak berlebih-lebihan dalam hal yang tidak ada manfaat dan maslahat dalam berhari raya
“… dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S: Al An'am/6: 141)
“… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S: Al Al Israa'/17: 27)
30. Mengadakan permainan dengan Tombak dan Perisai pada Hari Raya
“Hari itu adalah hari raya, dimana orang-orang Sudan bermain pedang dan perisai. Aku tidak ingat pasti apakah aku yang meminta untuk melihatnya ataukah Rasulullah yang berkata, “Apakah kamu ingin melihatnya?” Aku pun menjawab, “Ya” Aku disuruh berdiri di belakangnya, dimana pipiku dekat dengan pipi beliau.”
*
*
*
Ditulis oleh Mohamad Holil, dengan Referensi:
1. Al Qur'an
2. Fathul Baari jilid 5, Ibnu Hajar Al-Asqalani
3. Shahih Fiqih Sunnah , Abu Kamal bin as Sayyid Salim
4. Sifat Shaum Nabi Shalallahu’Alaihi Wasallam, Salim bin ‘id al-Hilali
5. Ensiklopedi Adab Islam, Abdul Aziz bin Fadhi as Sayyid Nada
6. Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz, 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi