
Allah itu Maha lemah lembut, dan Dia mencintai kelemah lembutan dalam segala hal (Muttafaq `Alaihi). Oleh karena itu, secara fitrah kita pun menyukai orang yang lemah lembut dan berkasih sayang. Namun adakalanya hati menjadi keras dan bertambah keras hingga tak bisa merasakan kesedihan, kesalahan maupun dosa. Bagi orang yang hatinya keras, bertambahnya ilmu tidak menambah kebaikan selain keingkaran. Salah satu ciri orang yang berhati keras adalah tidak menyukai nasihat; baginya, semakin banyak salah maka semakin banyak pula mencari alasan untuk membenarkan.
Astaghfirullahaladziim...
Dalam hadist Arba'in Rasulullah bersabda: "... Ketahuilah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging, bila ia baik maka baiklah seluruh jasad itu, dan bila ia rusak maka rusaklah pula seluruh jasad. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati" (HR. Bukhari dan Muslim).
Hati bisa menjadi keras karena bermaksiat; bukan hanya karena melakukan dosa besar, namun meremehkan dosa kecil dan mengulang-ulangnya pun dapat mengeraskan hati. Selain itu, hati juga bisa menjadi keras dengan banyak berangan-angan, dan berkumpul dengan orang yang berhati keras akan semakin merusak hati. Kita juga perlu waspada karena banyaknya tertawa juga mengeraskan hati.
Akibat buruk dari hati yang keras antara lain merasa hampa makna dari hal-hal yang kita lakukan. Kenikmatan ibadah dan khusyu' tidak akan bisa dirasakan oleh hati yang keras. Bila Anda pelajar atau penuntut ilmu dan merasa kesulitan untuk faham akan ilmu yang diajarkan, boleh jadi dan sangat mungkin hal tersebut dikarenakan kerasnya hati. Mau tidak mau wajah kita sebagai refleksi hati pun turut serta mempresentasikan hati yang keras dengan raut yang tak kalah kerasnya. Tentu saja orang-orang dan teman kita yang merasakan kerasnya hati kita akan menjauh, baik cepat atau lambat.
Bila di waktu ini, detik ini kita merasa keras hati, lembutkanlah lagi hati dengan:
Berdoa kepada Allah memohon dilembutkan hati
Dia-lah yang berkuasa membolak-balikkan hati, mudah bagi Allah membalikkan hati yang keras menjadi lembut. Seberapa besar usaha yang kita lakukan untuk melembutkan hati, tidak akan berhasil bila Allah tidak menghendakinya.
Membaca Al Quran dan mentadaburinya
Al Quran adalah bacaan terbaik, mulia, penuh hikmah, dan terjaga kemuliaanya hingga hari kiamat. "Sesungguhnya Al Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam"(QS Al Waqiah:77-80). Al Quran berisi kisah-kisah orang terdahulu yang dapat diambil pelajaran di dalamnya. Allah juga menceritakan tentang janji surga dan ancaman tentang neraka di dalam Al Quran. Dengan demikian kita diingatkan kembali hakikat kehidupan ini, tentang masa lalu untuk diambil hikmahnya, tentang masa sekarang dan masa depan di akherat yang menjadikan kita akan merasa yakin dengan janji dan pertolongan Allah pada orang-orang yang bertakwa.
Membaca Sirrah Nabawiyah
Sirrah Nabawiyah berkisah tentang kehidupan Rasulullah dari lahir hingga wafat. Di dalamnya kita akan mendapati cerita masa kecil Rasulullah sebagai anak yatim yang mandiri, masa remaja sebagai pemuda yang dipercaya, dan masa kerasulan yang penuh perjuangan, dan ketegaran. Dengan membacanya kita akan mengetahui betapa Rasulullah sangat mencintai kita sebagai umatnya, bagaimanakah dengan kita? Dengan membaca Sirrah Nabawiyah kita dapat mempelajari contoh terbaik kelembutan hati dari Rasulullah yang selalu dibimbing Allah.
Memperbanyak dzikir
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram"(QS. Ar Ra'd:28). Janji Allah bagi orang-orang yang berzikir mengingat Nya adalah menentramkan hati. "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau dududk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka"
Mengasihi anak yatim
"Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya : sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi."[HR Thobroni, Targhib, Al Albaniy : 254]. Seseorang yang mengasihi anak yatim berarti dia memposisikan hati dan dirinya sebagai ayah atau ibu atau saudara bagi mereka. Maka secara naluriah akan terhimpun rasa kasih sayang dan kelembutan hati di dalamnya. Dengan demikian tidak mengherankan bahwa salah satu hikmah menyantuni dan mengasihi anak yatim adalah memlembutkan hati. Dalam hadistnya Rasulullah bersabda "Kasihilah yang ada di bumi maka yg dilangit akan mengasihimu"
Saling menasihati dalam kebaikan
Berkumpulah bersama orang-orang sholeh, dan pilihlah orang-orang sholeh sebagai sahabat terbaik kita. Sahabat yang sholeh akan saling menasihati dan mengingatkan dalam kebaikan. Nasehat adalah cinta, begitu dituturkan oleh sahabatku yang sholeh dan baik hati. Bila kita berkumpul dengan orang yang hatinya lembut dan dekat dengan Allah niscaya kita bisa merasakan cinta mereka dalam bentuk nasehat kebaikan yang terus mengingatkan di saat kita lupa, menguatkan di saat lemah untuk kembali kuat berikatan istiqomah di jalan-Nya.
Banyak mengingat dosa dan kematian
Dalam upaya melembutkan hati, perbanyaklah mengingat dosa dan kematian. Dengan mengingat akan datangnya kematian, kita akan menyadari bagaimana kesiapan kita menghadapi saat itu. Menyadari kembali dosa kita satu tahun yang lalu, kemudian satu bulan yang lalu, satu minggu yang lalu, satu hari yang lalu, satu jam yang lalu, bagaimana bila dibandingkan kualitas amal kita detik ini. Sadar akan banyaknya dosa dan belum siapnya kita menghadapi kematian mengingatkan kita; sampai kapan kita akan mempertahankan kerasnya hati, apa yang bisa dibanggakan dengan kerasnya hati, mengingatkan akan hilangnya nikmat bermunajat kepada Allah.
"Ya Allah, Sang Maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ini pada ketaatan agamaMu",
amiin
Pic: Sahabat, Masih ingatkah gambar masjid itu?.. rindu sekali berkumpul kembali di sana.. Masjid Ukhuwah Islamiyah, Depok