sampai kapanpun, tak ada kata lelah merawatmu...
1 Nov-10
17.00
Jantungku berdebar saat menerima telepon yang mengabarkan mama dalam kondisi tak sadarkan diri dan sedang dibawa ke RS lagi. Segera kutinggalkan meja kerjaku dan melaju ke Rumah Sakit mengikuti kegalauan hati yang sedari tadi membuatku tidak konsentrasi kerja hari ini.
18.00
Setibanya di rumah sakit, kakiku langsung lemas menahan tubuhku sendiri saat mengetahui dia(mama) telah menghadap Rabb-nya. Kemudian banyak orang kemudian datang menolongku yang terjatuh di lorong rumah sakit.
Sesaat setelah diriku kuat, kami berjalan menuju kamar jenazah..
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, kata ini begitu berat dan kurasakan kedalaman maknanya, bahwa semua adalah milik Allah, dan akan kembali kepada pemiliknya.
Aku merasa semuanya seolah sia-sia... aku hanya manusia yang bisa berikhtiar untuk berobat, sedang usia telah ditetapkan Allah sejak dari dalam kandungan seorang manusia. Allah telah mengakhiri rasa sakit mama selama satu tahun ini dengan kanker paru-paru stadium lanjut yang dideritanya.
19.00
Pelan kuikuti proses pemandian jenazah. Selalu kuingat pesannya, untuk tidak langsung mengucurkan air ke tubuh mayat karena setiap tetes air akan terasa sakit bagi si mayat, karena itu perlu ditahan menggunakan jemari tangan sehingga air mengalir melalui celahnya. (Iya mama, aku ingat, aku laksanakan sesuai ceritamu seusai mengikuti pengajian beberapa tahun yang lalu).
Tiba saatnya mengkafani jenazah, tubuhku kembali lemas. Aku hanya memeluk tubuh paman sambil tak kuasa menahan air mata memandang mama dikafani.
22.00
Perjalanan panjang Jakarta-Purwokerto kulewati dengan lancar. Dalam hati aku berkata aku harus kuat, besok acara ku dan mama. Sms berita Kepergian Mama pun segera tersebar...
Aku sendiri tak percaya dan sedih membaca sms yang kukirimkan,
"Assalamualaikum, sahabat terbaikku, saudaraku, mira mohon doa restunya ya, besok mira akan akad nikah, dilanjutkan dengan pemakaman mama. kami mohon maaf lahir batin atas kesalahan kami selama ini."
Sesuai keputusan mendadak keluarga besar, akad nikahku yang semula direncanakan tanggal 14 November 2010, dipercepat menjadi 2 November 2010. Laa haula wa laa quwata ilaa bilaa.
2 Nov 10, Waktu Shubuh
Mobilku tiba didepan rumahku yang telah ramai para pentakziyah. Kulihat wajah adik lelakiku telah menanti tak sabar menunggu kami turun dari kendaraan. Dipeluknya erat tubuh paman sambil tak kuasa menahan tangis. Aku pun segera merengkuh kakak perempuanku, dan lagi-lagi seluruh tubuhku lemas. Setelah sadar aku telah berada di atas tempat tidur.
Para ibu-ibu tetangga memeluki tubuhku satu persatu, mencoba menguatkanku untuk tabah dengan menuntunku beristighfar berkali-kali.
Astaghfirullahaladziim, Ya Rabb, dia(mama) adalah hak-Mu seberapa besarpun cintaku padanya.
05.30
Mobil jenazah tiba di halaman rumah disambut oleh keluarga kami. Tubuh mama dikeluarkan dari ambulans untuk disholatkan. Ya Rabb, tubuhku kembali tak berdaya menahan semua ujian ini. Tubuhku yang teramat lemas memaksaku sholat jenazah sambil duduk.
08.00
Satu jam menjelang akad nikah...
Alhamdulillah ada saudara yang memang dikenal sebagai perias pengantin, bersedia menghias wajahku. Berbeda dengan mempelai perempuan lainnya, wajahku tidak bisa seceria mereka, bahkan lebih bisa dibilang sembab dan mata yang mulai kembali meneteskan air mata.
09.00
Hari ini, detik ini kugenapkan setengah dien-ku, mengharap ridho-Mu ya Allah. Berkahilah kami, jadikanlah kami keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah.
Air mata sedih, syukur, haru, semua menjadi satu. Alhamdulillah...
Kulihat semua tamu menangis, keharuan, sedih dan syukur bahagia, tak bisa kumengerti apa yang kurasakan detik-detik itu. Ya Allah, Kau persiapkan ujian ini, lengkap dengan peghiburnya, lengkap dengan berbagai kemudahan di dalamnya.
11.00
Kain kafan penutup wajah mama akan ditutup karena jenazah akan dibawa ke masjid untuk disholatkan lagi. Kuciumi seluruh bagian wajahnya yang mulai terasa dingin, semuanya, inilah ciuman terakhir, sambil berbisik kukatakan "ana uhibbuki umi"...
Kutegarkan hati, kukuatkan tubuh, memeluk erat adikku yang tak kuat lagi sedari tadi menahan tangisnya. Rabb, Kuatkan kami...
12.00
Setelah sholat dhuhur berjamaah di masjid, jenazah mama dibawa kedepan untuk disholatkan oleh para jamaah. Selanjutnya kami berjalan ke pemakaman.
Gamis putih gaun pengantinku tetap kukenakan sepanjang acara pemakaman mama. Akhirnya kami pun benar-benar berpisah dengan jasad setelah berpisah dengan ruh yang sebelumnya telah telah kembali kepada Sang Maha Cinta, Allah Arrahman Arrahiim.
Allahummaghfirlaha warhamha wa afiha wa fuanha,
ana uhibbuki umi, semoga Allah mempertemukan kita di jannah-Nya
amiin
Mulai hari itu, kami bertiga aku, kakak dan adikku akan melanjutkan perjalanan hidup kami tanpa ayah dan ibu bersama kami.