Bismillahirrahmanirrahiim
Saya ingin sharing pengalaman saya bersama kanker paru yang diderita mama saya. Artikel ini saya tulis ingin mengajak kita semua lebih aware pada gejala sakit sekecil apapun pada anggota keluarga, dan mengajak kita bersama untuk hidup sehat.
Awal dari sakit mama, hanya batuk. Sebagai orang yang memang mudah batuk flu, kami bersikap biasa saja. Batuk terus menerus dan ke dokter pun tidak kunjung sembuh. Selain itu ada benjolan kecil di dekat leher. Semua kira-kira dimulai Juni 2009.
Batuk yang sembuh kambuh sembuh kambuh sembuh kambuh, tidak juga membuat kami berfikir yang macam-macam karena saat itu memang musim batuk flu. Sejujurnya saya merasa sangat kecolongan karena kurang perhatian pada benjolan kecil di dekat leher mama. Benjolan itu sama sekali tidak tampak dari luar, tetapi mama berulang kali meminta kami meraba lehernya untuk menunjukkan benjolan tersebut.
Desember 2009
Kami mulai merasakan mama sakit, dan bukan sakit biasa. Dari penuturan adikku, mama beberapa kali melakukan kesalahan aneh pada hal-hal sepele yang biasa dikerjakannya. Pertama beliau pernah menggunakan helm kebalik, menuang sayur ke atas kompor yang menyala, dan lain-lain. Pernah juga mama mengeluhkan sulit menulis karena pulpennya tidak enak. Padahal saat kami coba biasa saja. Ada yang aneh pada motorik mama. Beliau juga mengeluh pusing terus. Kami sempat mengira ini penyakit saraf motorik.
Januari 2010
Akhirnya dokter keluarga kami meminta mama rontgen. Ada sesuatu pada paru-paru mama, sehingga beliau langsung dirujuk ke dokter spesialis paru. CT scan dan biopsy dari benjolan dilakukan untuk mengetahui penyakit mama. Hari itu 5 Januari, aku menangis melihat hasil pemeriksaan mama. CT scan menunjukkan ada material padat di paru-parunya. Di otaknya juga sebagian telah berisi cairan. Hasil biopsy menyatakan bahwa material itu adalah kanker ganas. Dan karena sudah sampai ke otak, artinya sudah stadium 4 atau akhir. Bulan-bulan terakhir itu mama sedang gencar-gencarnya lebih rajin mengaji, lebih semangat lagi belajar Islam, apalagi beliau sedang bahagia mendapat hadiah tiket haji gratis dari saudara kami. Bagaimanakah kami mematahkan hatinya…
Bagi semua orang, kata-kata “kanker” seperti vonis mati. Kami harus memutar otak untuk menyampaikan hal ini pada beliau. Pemilihan kata harus tepat karena perkembangan kanker juga tergantung emosi pasien.
Seusai sholat berjamaah ashar, masih dengan mukena lengkap, kami menyampaikan bahwa ada sel jahat yang membutuhkan perlawanan dari mama. Sel ini efeknya telah mencapai otak mama, dan kesembuhan sangat terpengaruh semangat mama. Jadi mana yang lebih semangat, mama atau sel jahatnya…(dalam hati aku yakin mama tahu itu kanker, meski kami sama sekali tidak menyebut kata tersebut).
Mama mulai drop, tepatnya tanggal 15 Januari beliau dibawa dari Purwokerto ke Jogja. Siang itu juga saya menuju ke Jogja, mencari rumah sakit yang fasilitasnya memadai untuk penanganan kanker.
Karena RS Sardjito penuh, kami membawa mama untuk dirawat di Panti Rapih. Kala itu dokter mengatakan (yang kata-kata itu sudah kuhafal tentang kanker paru) bahwa kemungkinan untuk sembuh tidak ada. Yang bisa ilmu kedokteran lakukan hanya mengurangi rasa sakit yang diderita mama. Upaya terdekat yang perlu dilakukan adalah mengurangi cairan di kepala mama dengan radiasi. Kemoterapi juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk mama.
Ilmu kedokteran boleh berkata apapun, tapi kami tetap bersemangat untuk mengupayakan kesembuhan mama. Dan kami percaya Allah Maha Penyayang kepada hambaNya.
Dari Januari-April mama menjalani radiasi. Dalam kurun waktu itulah setiap minggu saya bolak balik Jakarta- Jogja sendirian. Dari Jakarta jumat malam naik kereta dan sampai di Jogja sabtu pagi sudah siap disambut senyum mama. Semua rasa lelah seolah hilang saat bisa membuatnya tersenyum, membuatkan makanan vegetarian untuknya, mencari resep jajanan vegetarian total dan memasakannya untuk beliau.
Dalam kurun waktu itu, saya bersama kakak dan adik mencari tahu banyak hal tentang kanker paru. Dari berbagai blog dan sumber lainnya, saya belajar bahwa penderita harus tahu semua tentang penyakitnya, agar mereka bisa mengetahui apa yang harus mereka lawan. Bagaimana mungkin prajurit mempersiapkan strategi maju berperang tanpa mengetahui kekuatan pasukan lawannya.
Siang itu kami keluarga inti berkumpul di Rumah sakit, seusai sholat Dhuhur berjamaah, kami membeberkan semua tentang sakit mama. Kami telah mempersiapkan kata-kata terbaik dan lengkap disertai cerita orang yang sembuh dari kanker. Siang itu pula kami saling bermaafan lahir batin untuk segala hal yang mungkin tanpa kami sadari telah membuat mama tertekan atau banyak berfikir tentang kami.
Kami memilih obat herbal sebagai pendamping obat medis. Habatusauda, madu, propolis, dan sarang semut. Untuk makanan mama, kami menetapkan vegetarian total. Tanpa telur dan susu sekalipun. Mama juga tidak lagi kami perkenankan menggunakan gula pasir, dan garam beryodium.
Saat itu kami agak ditentang keluarga besar yang keberatan dan merasa kasihan pada mama dengan diet yang kami terapkan. Jika hari ini ada keluarga Anda yang terkena kanker, seluruh keluarga besar perlu mendapatkan edukasi tentang makanan bagi penderita kanker. Bahwa makanan berprotein tinggi merupakan makanan utama bagi sel kanker. ( Akhirnya saya mendapat pembenaran dari seorang ahli kanker tentang diet vegetarian yang kami lakukan untuk kanker, jauh setelah waktu ini).
Kami tidak menyalahkan pihak siapapun yang mungkin membuat mama melanggar aturan kami, karena mungkin boleh juga mereka berpendapat “kasihan”, atau karena merasa toh sudah tidak akan lama lagi, kenapa tidak dibuat senang saja dengan memperbolehkan makan segalanya?
Bagi Anda yang keluarganya menderita kanker, apakah Anda tega berfikir menyerah seperti itu? Bagi mereka yang berpendapat demikian, saya pribadi ingin bertanya, apakah hal itu karena Anda lelah mengurus mereka? Padahal mereka, ayah, ibu, kakak atau adik Anda adalah orang yang mencintai Anda??
Kami memilih berjuang melawan kanker! Urusan hasil terserah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu.
Pelajaran dari keluarga kami untuk para pembaca, usahakanlah seluruh keluarga besar mengerti benar tentang kanker, manfaat setiap obat yang digunakan, arti penting penerapan diet vegetarian yang dilakukan bukan untuk menyiksa penderita, tapi justru membantunya melawan kanker.
Perasaan, emosi dan kondisi jiwa penderita sangat memberikan andil besar dalam kemajuan dan atau penurunan kondisi kesehatan penderita. Buatlah penderita merasa bahagia, jauhkan dari rasa tertekan, jangan menunjukkan bahwa dia merepotkan orang lain, atau membuatnya merasa bersalah.
Setiap ada kabar gembira sekecil apapun, sesepele apapun, kabarkan kepadanya. Buatlah dia merasa nyaman dan tetap merasa dihargai. Biarkan dia beraktifitas ringan yang bisa membuat dirinya merasa tetap bermanfaat. Bantu mereka untuk tetap dekat bahkan lebih dekat dengan Allah. Inilah obat penenang paling mujarab. Fasilitasi tempat dan peralatan ibadah yang memudahkan mereka, ajak untuk sering mendengar tausyah atau nasehat Islami
Beberapa waktu kemudian, saya menemukan artikel tentang efek murotal Al Quran yang mampu menghancurkan sel kanker. Kami pun mengisi MP4 kami dengan murotal untuk diperdengarkan setiap beliau tidur, baik itu siang atau malam. Mama bertutur, beliau tidak tahu bagaimana bacaan Al Quran itu bagi kankernya apakah akan berpengaruh atau tidak, tapi beliau mengatakan bahwa ada ketenangan saat mendengarkan murotal.
Selama pengobatan dan terapi yang dijalani mama, saya melihat wajahnya terlihat lebih putih, kulit lebih putih bersih, namun bukan putih pucat. Saya mengira mungkin ini efek dari kebersihan makanan yang dikonsumsinya dan kualitas kesehatan obat pendampingnya. Tidak terbayang wajah putih dan bersinar dari Rasulullah yang selain makanannya selalu bersih dan sehat, hatinya pun bersih.
Saya selalu menyemangatinya untuk sembuh agar bisa pergi ke Baitullah, ke makam Rasulullah, dan sholat di depan Kabah. Setiap membicarakan haji beliau bersemangat. Begitu pula saat mengaji Al Quran bersama merupakan saat yang menyenangkan baginya juga bagiku. Surat kesukaan kami bersama adalah Al Waqiah. Itulah kado ulangtahun yang kuminta darinya Oktober lalu.
Akhir waktu telah tiba
Minggu terakhir Oktober 2010, kondisi mama menurun drastis, paru-parunya penuh terisi air, tangannya membengkak, payudaranya pun membengkak. Setelah air diparu-parunya disedot, mama kembali bisa bernafas dengan baik, namun kemudian menurun lagi, hingga akhirnya beliau wafat 1 November 2010.
Satu pelajaran yang sangat dalam dari beliau. Mama tidak pernah mengeluh sakit. Beliau sesak nafas, terengah-engah, tapi tetap saja disempatkan berhenti untuk tersenyum padaku. Setiap ditanya, apakah sakit sekali?, jawabnya hanya “Nggak”, sambil memberi senyum khasnya.
Teruntuk para pembaca,
Kanker mungkin akan semakin banyak kita jumpai di sekeliling kita, baik kepada keluarga dekat atau jauh, bahkan mungkin kepada keluarga inti kita. Berikan perhatian sebaik mungkin kepada mereka. Bahagiakakan mereka, ajak mereka lebih rajin mengaji, perbanyak sedekah, dan amal kebaikan lainnya. Jangan jauhi mereka dan keluarganya, jadikan ujian bersama ini sebagai ladang amal kita sebagi bekal di akherat nanti. Boleh jadi mereka hari ini, dan Anda menyusul di esok atau lusa.
Jaga kesehatan kita, makanan, pola hidup dan terutama perasaan kita. Stress adalah pemicu penyakit terjahat di dunia. Bila mendapati masalah atau tertekan atau stress, kembalikanlah kepada Allah dengan memperbanyak dzikir yang dapat menenangkan hati.
Untuk Anda yang menderita kanker, saya mungkin tidak bisa merasakan besarnya kesedihan, kesakitan dan kegalauan Anda. Satu hal yang paling mengkhawatirkan bagi Anda mungkin kematian. Tapi saya belajar dari perjalanan sakit mama: Seseorang yang menjenguk mama justru meninggal duluan karena terjatuh di kamar mandi. Artinya tidak ada jaminan bahwa kami yang sehat akan hidup lebih lama dari Anda. Dan satu hal yang saya dalami selama menemani mama, bukan kematian yang harus kita takutkan, tetapi kehidupan setelah mati, itulah yang harus kita khawatirkan dan dipersiapkan sebaik mungkin.