
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap berbicara dengan orang-orang yang kita hormati, seperti Ayah, Ibu, Guru kita, Atasan kita. Bagaimana sikap kita saat itu? Mungkin kita akan berusaha memperhatikan dengan seksama setiap detil perintah, nasehat dan pesan lainnya. Atau minimal kita tak kan berani melakukan hal lain selain berkonsentrasi pada percakapan tersebut.
Bandingkan bila kita berbicara dengan adik kita, adik kelas kita, atau siapapun yang lebih muda dari kita. Tak jarang kita berbicara dengan mereka sambil tangan kita asyik mengutak-atik hp. Atau mengajak mereka bersenda gurau sambil konsentrasi pada layar TV, atau sambil sambil lainnya.
Lain lagi saat kita menghadapi mereka yang kita anggap lebih rendah. Kita berjabat tangan tapi wajah menoleh kemana, kita memberi namun sambil mnegerjakan hal lainnya
Lain lagi saat sholat, badan dia atas sajadah, namun pikiran dan hati entah berkelana kemana pun. Menemukan barang yang hilang saat sholat pun dianggap berkah sholat. Benarkah?
Saat kita memberikan sesuatu hadiah kepada orang yang kita hormati, kita akan berusaha mencari tahu apa kesukaan mereka. Yang terpenting adalah berusaha agar mereka/ beliau suka dan menerima pemberian kita.
Bagaimana dengan pemberian kepada yang lebih muda/ dianggap remeh? hmmm yang penting memberi daripada tidak. Diiringi kata-kata "semoga suka, semoga bermanfaat". Tidak jarang acara yang berlabel baksos justru menjadi ajang foto-foto. Tangan kita memberi tapi mata dan wajah menghadap ke kamera. Dimanakah hati kita saat itu? Benarkah memberi kepada mereka/ hanya untuk update status di facebook? Bila benar demikian, maka sungguh teganya kita mengumbar kesedihan/ kekurangan orang lain untuk dianggap sebagai seorang yang peduli. Padahal mereka benar-benar punya hati yang bisa membedakan belaian yang tulus dengan yang hanya sekedarnya. Tapi kita tak pernah peduli senangkah mereka akan pemberian kita?
************
.
Begitu pula kadang-kadang tanpa sadar, kita berlaku demikian kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sholat kita, ibadah kita, hanya sebagai pemenuhan kewajiban. Yang penting sudah sholat, berarti sudah tidak dosa.
Yang penting sholat, nanti hati jadi tenang, barang yang hilang ketemu, dlll
Tentu saja sholat membuat tenang, karena sesuai yang tercantum dalam Al Quran bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.
Pedulikah kita tentang diterima/ tidaknya sholat kita di hadapan Allah?
Adakah kita berusaha mempelajari bagaimana sholat yang diterima Allah?
.
**********
.
Sahabat, hadirkanlah hati dimana badanmu berada. Saat kau bersama yang lebih tua maupun yang lebih muda. Ijinkanlah mereka merasakan kehadiran kita seutuhnya bersama mereka.
Hati mereka bisa membedakan ada tidaknya hati dalam sentuhan kita pada mereka. Berilah sepenuh hati diri kita saat memberi kepada orang lain. Rasakanlah nikmatnya memberi yang sebenar-benarnya. Jauh dari publikasi diri, jauh dari rasa ingin diketahui. Cukuplah Allah sebagai saksi. Wa kafaa billaahi syahida.
Apalagi saat bersama Allah, Dia Yang Maha Mengetahui segala isi hati. Hadirkanlah hati di saat sholat, di dalam semua ibadah kita. Berdoalah agar ibadah kita menjadi amal yang diterima olehNya. Semoga ibadah kita lebih dari sekedar kewajiban, lebih dari sekedar obat penenang. Ketenangan, dan kesakinahan mudah diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya. Maka beribadahlah sepenuh hati untukNya, maka Dia akan memberi lebih untukmu.
Allah Maha Mengetahui isi hati kita. Kunci ingin dekat dengan Allah adalah KEJUJURAN DAN KEMURNIAN di lubuk hati terdalam, tak boleh ada kepalsuan dan kebohongan sekecil apapun. (SMS MQ)
.
.
.
Wallahu'alam bishshowab
By: Akira Salsabila
terinspirasi dari MQ Pagi oleh Aa Gym, dan pelbagai sumber. Untuk memberi tausyah pada diri sendiri, dan semoga bermanfaat juga bagi pembaca/ pengunjung blog ini