
Hari itu..., saya duduk terpaku seusai sholat ashar.
Sambil terus beristighfar, terus menyalahkan diri yang gagal beramal hari itu.
saya batal shaum senin..
Saya tahu, menangis sejadi-jadinya pun tidak berguna karena hari itu tidak akan terulang. Bagi saya shaum ini sangat penting untuk mendekatkan hati pada Allah, lebih menjaga lisan , mata, telinga, dan semuanya. Dan hari itu shaum saya batal. Tidak jelas perbedaan antara benar-benar sakit atau lemah niat. Entah karena drop atau malas semata. Saat itu, dalam hati saya berkata, saya khawatir tidak bisa khusyuk pada ibadah sholat dhuhur sebagai ibadah wajib demi memperjuangkan ibadah sunnah. Hingga akhirnya saya putuskan berbuka. Astaghfirullahaladziim...Saya kurang ilmu dalam hal ini.
Dalam mushola yang mulai sepi selepas ashar...
saya mulai sadar, Allah beri kelemahan hari ini, Allah ijinkan semua terjadi hari ini, pasti besar maknanya.
Demi Allah, Yang Maha Sayang.. ternyata, meskipun shaum saya batal, mata saya tetap melihat dengan baik, telinga saya tetap mendengar dengan baik, semua urusan tetap berjalan lancar, dan semuanya tetap indah sebagaimana mestinya.
Subhanallah, padahal hari itu saya gagal mempersembahkan yang terindah kepada Allah, namun Allah tetap memberikan yang tersempurna untuk saya. Tidak ada yang kurang sedikitpun. Puji syukurku tak kan sanggup mengungkapkan semua nikmatnya hingga hari ini.
Bilangan syukurku, sangat jauh bila dibandingkan bilangan nikmat Allah yang tak terhitung...
padahal bilangan taubatku tak sebanding dengan banyaknya bilangan khilafku..
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)"(QS Ibrahim:34)
Bila ibadah ini hanya untuk Allah, bukankah seharusnya saya pun ridho dengan semua yang terjadi. Hari itu saya diingatkan, mungkin ada bagian dari hati ini yang merasakan kepuasan yang hampa bila kuat shaum sunnah, merasa nyaman telah shaum, tanpa menyandarkan kekuatan shaum sepenuhnya kepada Allah, padahal ibadah ini hanyalah untuk-Nya.
Iman seorang hamba tidak menambah kemuliaan Allah, begitupun kedurhakaan seorang hamba tidak mengurangi kemuliaan Allah. Dialah yang Maha Mulia yang tidak membutuhkan hamba-Nya, kitalah yang sangat membutuhkan kasih sayang dan rahmat-Nya dalam setiap detik kehidupan kita.
Terdengar syahdu nasyid yang menyenandungkan isi hati mengiringi tulisan ini,
Wahai Yang Maha Suci
Betapa malu diri
Nikmat yang ENGKAU beri
Belum mampu ku syukuri
Wahai Yang Maha Tinggi
Betapa lemah diri
Nafsu tak terkendali
Kotori janin hati
Tak mampu ku memujiMU
Setinggi KeagunganMU
Tak kuasa ku meraihMU
Tanpa pertolonganMU
.
.
.
akhirul kata alhamdulillahirrabbil'alamin..