Suatu hari seorang huru sufi yang arif sedang memeberi kuliah pada murid-muridnya. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan murid-muridnya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Diisinya ember itu dengan batu sebesar kepalan tangan. Diisinya terus hingga tak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan dalam ember. Kemudian ia bertanya kepada muridnya, " Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"
Semua murid serentak berkata "Ya!". Sang guru bertanya lagi, "Sungguhkah demikian?". Kemudian ia mengeluarkan sekantung kecil kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember, lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu.
Kemudian sekali lagi ia bertanya kepada murid-muridnya. "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"
Kali ini muridnya terdiam. Seseorang menjawab, "Mungkin tidak." " Bagus, kalian sudah mengerti," sahut Sang Guru. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antar batu dan kerikil sampai penuh.
Sekali lagi, ia bertanya pada murid-muridnya, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?" "Belum!" sahut murid-muridnya serentak. Sekali lagi ia berkata, "Bagus!" Kini kalian telah mengerti". Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember. Lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud ilustrasi ini?"
Seorang murid dengan semangat mengacungkan jarinya dan berkata, "Maksudnya adalah, Tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."
"Oh bukan!", sahut si guru, "Bukan itu maksudnya, kenyataan dariilustrasi ini mengajarkan pada kita bahwa: bila Anda tidak memasukan batu besar terlebih dahulu, maka Anda tidak akan pernah bisa memasukkan semuanya."
Nah, apa yang dimaksudkan dengan "batu besar"adalah hal yang utama dan penting dalam setiap detik dan momen yang kita hadapi atau bahkan dalam rentang umur yang terbatas seperti terbatasnya ruang dalam ember.
Ingatlah untuk selalu mengutamakan "Batu Besar" atau Anda akan kehilangan kesempatan bila Anda terlebih dahulu mengisinya dengan hal-hal kecil hingga waktu Anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan, dan ini semestinya tidak terjadi.
Disadur dari Kisah-Kisah Pembawa Berkah oleh Haidar Bagir.
Rasulullah bersabda tentang orang yang paling pintar adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Mereka yang banyak mengingat kematian akan benar-benar memanfaatkan waktu untuk istiqomah pada hal yang wajib, menyegerakan yang sunah, menjauh dari yang makruh, dan tidak melakukan yang haram.