Sering kita lihat, kita dengar bahkan mungkin kita bagian dari mereka…
Acara curhat kepada sahabat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertemuan dengan teman, sahabat atau dari kumpulan/gank. Di sesi yang tidak terencana namun menjadi agenda rutin ini biasanya satu persatu anggota menyampaikan keluhannya masalahnya sampai tuntas, selesai semuanya. Kemudian dilanjutkan dengan orang berikutnya hingga semua dapat giliran menceritakan masalahnya. Yang terakhir bercerita biasanya orang yang menganggap masalahnya terberat di antara teman-temannya. Dan tidak jarang justru orang akan bangga bila menjadi pembicara terakhir alias orang dengan masalah terberat.
Setiap hampir selesai bercerita, mungkin ada sahabat yang akan menasihati sebaiknya begini, sebaiknya begitu… tapi jawab empunya masalah “tunggu dulu….”, kemudian dia berkata “ tapi ini ga semudah itu”, “dia ga begitu”, “mereka ga begini”, dan lain-lain”. Alhasil dia melanjutkan cerita masalahnya, lagi dan lagi.. begitu pun orang berikutnya, nasihat yang diperuntukkan baginya seolah tidak ada yang cocok dengan masalah seberat yang dialaminya.
Sepanjang pertemuan itu hanya membahas MASALAH SAJA, TANPA MAU menemukan SOLUSI.
Seseorang hanya akan dekat dengan apa yang dia senangi. Contoh mudahnya, untuk orang yang menyukai sepakbola pasti akan sangat antusias membicarakan tentang olah raga tersebut. Sangat mungkin orang tersebut ahli bermain sepakbola dan mendapat banyak hal dari sepak bola. Dia tidak akan bosan membicarakan olah raga tersebut karena dia berhasil mendapatkan keuntungan darinya.
Begitu pula dengan masalah… selama kita masih MEMBICARAKANnya, dan lebih NYAMAN serta merasa BANGGA menjadi manusia paling banyak/ berat masalahnya, maka kita perlu cek ke dalam hati kita yang terdalam , jangan-jangan tanpa kita sadari ada perasaan SUKA atau CINTA pada masalah. Meskipun tampaknya tidak mungkin… tapi coba Anda cek dulu deh… siapa tahu Anda pencinta masalah Anda sendiri.
Misalnya…
Dalam suatu acara arisan, Ibu A menceritakan anaknya yang dapat nilai 5 pada mata pelajaran matematika, ibu B lebih bersemangat menceritakan anaknya “wah itu sih biasa Bu A, anak saya kemarin dapat nilai 5 untuk pelajaran agama dan bahasa Inggris". Dan ternyata Ibu C mengakhiri cerita dengan bangga menceritakan “ itu belum seberapa Bu, anak saya yang paling bandel itu kemaren tambah bikin stress karena selain dapat nilai 5 untuk PPKn, dia juga ketahuan bawa rokok ke SMPnya” ( begitu kok bangga?)
Sekumpulan remaja berkumpul dan membahas masalah mereka, Si A bercerita bahwa dia hari itu bolos kuliah, si B lebih semangat karena dia lebih sedih saat tahu nilai ujiannya D, Terakhir si C berkata “ yah itu sebenarnya masalah sepele, aku harus menghadapi perceraian orang tuaku minggu ini”
Semuanya hanya tentang masalah, tanpa ending solusi di akhir..
Memang lega bila kita bisa bercerita pada teman, sahabat atau istri atau suami kita, tetapi jangan sampai pembicaraan itu berakhir tanpa makna begitu saja..
Bila mengaku tidak mencintai masalah dan ingin solusi masalah…..
- Ceritakan masalah pada orang lain cukup pada inti yang ingin diselesaikan.
- Bicarakan solusi, ide dan saran untuk memecahkan masalah. Komposisi waktu membicarkan masalah dan solusi sebaiknya 1:4, dimana waktu untuk membicarakan solusi lebih banyak dan terarah menuju pengaplikasiannya
Untuk mereka yang menjadi “A shoulder to cry on” alias tempat curhat…
- Jangan biarkan orang yang Anda kasihi MENCINTAI masalahnya.
- Tetap tunjukkan empati dan simpati secukupnya , tetapi bantu tegapkanlah lagi bahunya untuk tegar dan optimis.
- Kadang orang tersebut sudah memiliki solusi terbaiknya, maka tugas kita hanya menguatkan hatinya untuk menjalankan solusi terbaiknya
- Bila dia tidak punya solusi, diskusikan jalan keluar yang mungkin dilakukan untuk memecahkan masalahnya.
- Beri masukan bila memang diperlukan
- Tegas dan objektiflah dalam menyikapi masalahnya
- Sahabat bukan orang yang selalu setuju, namun sahabat adalah mereka yang menarik keras tangan kita untuk kembali ke jalan yang seharusnya.