
Mengisi dairy alias buku harian bagi sebagian orang mungkin membosankan karena menghabiskan waktu dan tidak bermanfaat. Namun begitu, bagi sebagian yang lain mengisi diary adalah hal yang mengasyikan karena kita bisa curhat apaaaa saja pada si buku Diary, kita tidak perlu khawatir Diary marah sama kita, bosan pada curhat kita bahkan kita tidak perlu malu cerita hal-hal yang mungkin memalukan bila kita bercerita pada teman…
Catat yuk manfaat menuls diary:
- Kita bisa mengenang hal-hal yang terjadi di waktu yang telah lampau saat membaca diary kita.
- Kita bisa mengasah bakat menulis
- Bisa plong curhat habis-habisan
- Kita bisa mengambil pelajaran dari kejadian yang telah lalu
- Bisa jadi reminder karena diary biasanya juga merangkap schedule harian
- Tempat mengekspresikan hati di atas kertas
- Bisa untuk menulis surat yang tak mungkin terkirim oleh pak Pos
- De el el
Nah, ternyata ada juga lho tips menulis Diary biar lebih bermanfaat:
Sebenarnya isi diary bisa murni curhat habis-habisan kamu, tapi coba deh mulai sekarang pilih keberhasilan atau kebahagiaanmu saja yang ditulis, awali dengan kata-kata: “Alhamdulillah atas kemakmuran hari ini…."
Contoh: "Alhamdulillah atas kemakmuran hari ini; mendapatkan niali A untuk mata pelajaran Biologi, bisa menolong Firna menemukan pensil yang hilang, ditraktir Arif, menang main UNO di rumah..
Sepele kan? Tapi coba kamu bayangkan bila kamu baca Diarymu yang setiap hari diawali dengan kata-kata itu…. Apa yang terasa di dada? Hmmm pasti bahagia, damai, dan merasa bahwa kamu punya masa lalu yang makmur, disayang teman-teman, beruntung, rajin, semangat, dll. Karena kamu tidak menulis uneg-uneg pengalaman buruk, maka kamu akan lebih ringan melupakannya.. Kebayangkan kalau isi diarymu makian yang tak tersampaikan pada temanmu, keluh kesah dan rasa kecewa pada orang terdekatmu… apa yang kamu rasa 3 tahun kemudian saat membacanya? Fuih si Nina pernah merobek bukuku, si Nanda pernah mengalahkan aku main basket , dan lain-lain, padahal merekalah yang menyediakan pundaknya saat kamu menangis tapi kamu lupa menulisnya…
Untuk kata-kata makian dan kisah sedih, kamu masih boleh menulisnya di atas selembar kertas, lalu robek dan buang jauh-jauh. hatimu akan puas karena telah menumpahkannya, tapi akan terlupakan lebih mudah..
Sisipkan kata-kata penyemangat atau kata-kata mutiara di setiap halaman.
Ini manfaatnya untuk kamu sendiri lho.... Setiap kamu membuka-buka halaman, maka kamu akan mendapat spirit yang berbeda, yang intinya menyemangati, menguatkan hatimu.
Contoh: Ganbatte Kudasai !!(japan), Atcha-atcha fighting !(Korea), atau kata-kata mutiara untuk menghibur di saat kalah tapi tetap bersyukur:
Kemenangan tidak hanya dinilai dari hasilnya, Tetapi juga kemampuan menerima hasil apa adanya, Setiap hasil adalah penguji usaha dan kesabaran untuk kita
Tuliskan kata-kata kasih sayang dan doa disetiap akhir kisahmu hari ini..
Kalau tips ketiga ini sebenarnya untuk manfaat jangka panjang.. Kita perlu ingat bahwa kita tidak hidup selamanya, atau tidak mungkin mengamankan buku itu selamanya di lemari kita atau di lapie kita. Suatu hari nanti bukan tidak mungkin anak cucu kita membacanya. Karena itu tulislah kata-kata cinta dan sayang untuk keluarga, doa terbaik untuk mereka, wasiat atau nasehat kepada mereka.
Contohnya : Ya Allah sayangilah orang-orang yang menyayangiku, mudahkanlah orang-orang yang memudahkanku, amiin.
Atau untuk yang jauh dari orang tua
Ya Allah titip salam rindu untuk Bunda, jagalah hatinya, imannya, hanya padaMu , sungguh Engakulah yang lebih menyayangi keluargaku daripada diriku sendiri..
Atau menurut kreasimu dan sesuai suasana hatimu. Kamu bisa bayangkan air mata mereka terharu dan bahagia saat kita sudah tidak lagi bersama Diary kita yang penuh kemakmuran. Mereka hanya akan tahu bahwa kita selalu bahagia dan bersyukur setiap saat, dan mendoakan mereka meski tak terucap.
Nah...., dengan demikian,
saat kita sendiri menulis yang terbayang hanya keberhasilan kita(mengundang syukur), saat membaca ulang teringat kebahagiaan(menimbulkan syukur), dan bila kita telah tiada atau terbaca oleh orang lain, yang membaca hanya menemukan kemakmuran kita yang diliputi rasa syukur.
Bukankah syukur itu pengundang nikmat?
Akira S.