Subhanallah....
Itulah kata yang berulang kali terucap dalam hati, selain kata istighfar yang lebih banyak terucap secara lisan mengikuti gerak mata menyusuri halaman buku yang saya baca. Kesaksian Seorang Dokter Mensucikan Hati Melalui Kisah-Kisah Nyata.
Saya menuliskan keindahan buku setebal 176 halaman dalam satu artikel ini yang semoga membuat Anda juga tertarik untuk membeli(bukan promosi ya) dan mengambil lebih banyak hikmah di dalamnya.
***********
Tentang Sehat, kadang orang lalai di dalamnya
tentang Sakit, kadang orang tak sanggup sabar menjalaninya
Kita tidak bisa lari dari kenyataan senang dan susah, sehat dan sakit yang telah Allah takdirkan untuk kita. Di awal buku ini menceritakan seorang pemuda yang dapat mencium bau surga saat terluka setelah terkena peluru nyasar. Sang pemuda meminta kedua orang tuanya tidak bersedih, dan meminta para dokter tidak perlu repot mengoperasi dirinya karena dia telah mencium semerbak wangi surga. Dia hanya meminta ayah dan ibunya berada disisinya sebelum ia mengucap syahadat dan akhirnya ruh nya menghadap keharibaan Rabb-nya. Ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan jari tangan kanan menunjuk sebagaimana orang yang sedang membaca tasyahud saat sholat. Dialah sang pemuda, yang orang tuanya bertutur tentang keutamannya, Almarhum sejak memasuki umur akil baligh adalah orang yang selalu membangunkan kami untuk menunaikan sholat malam dan membaca Al Quran, selalu berusaha untuk mengikuti sholat wajib berjamaah di masjid, ia selalu mendapatkan nilai yang memuaskan dalam setiap pelajarannya, ia termasuk peraih rangking atas di kelas 2 SMA. Juga ada kisah tentang seorang wanita yang jantung telah melemah, namun tiba-tiba berubah stabil hingga beliau dapat mengucapkan syahadat dengan sempurna, dan jantungnya kembali melemah bahkan berhenti berdetak setelah beliau mengakhiri syahadatnya. Dialah wanita yang tidak pernah meninggalkan sholat malamnya.
Pada bab selanjutnya mengkisahkan seorang pemuda yang melarikan diri dari meja bedah karena takut mati. Padahal dimanapun dia berada, di jalanan atau meja bedah, jika maut telah waktunya tidak bisa diundurkan sedikitpun. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri sehingga bila saatnya tiba kita dalam keadaan sebaik-baik ketaatan kepada Allah. Introspeksilah sebelum dihisab
Hati Obatilah...
Karena sungguh, Kebajikan dan Maksiat tidak akan bersatu dalam hati. Seperti halnya disampaikan oleh Ibnul Qayyim "Cinta Al Quran dan Cinta Nyanyian tidak akan pernah bersatu dalam hati seorang hamba. Buku ini mengkisahkan akhir khusnul khotimah mereka yang seantiasa melafadzkan ayat-ayat Al Quran, meninggal dalam keadaan diperdengarkan ayat-ayat suci Al Quran. Juga kisah khusnul khotimah, dari seorang yang sangat menjaga lisannya dari ghibah. Dalam buku ini sangat dalam membahas tentang bahaya ghibah sebagai dosa yang membinasakan kebaikan. Bahkan Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjelaskan bahwa "Seseorang yang pailit diantara kalian umatku ialah yang pada hari kiamat akan datang dengan sholatnya, puasanya, zakatnya, akan tetapi ia telah mencaci si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D, memukul si E, maka si A diberi sebagian dari kebaikannya, si B akan diberi sebagian kebaikannya dan begitu seterusnya, jika kebaikannya telah habis padahal semua kesalahannya belum terbayar, maka kesalahan orang-orang yang ia zalimi akan dibebankan kepadanya, yang pada akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka". Selain khusnul khotimah, buku ini juga menyampaikan beberapa kematian yang pastinya tidak diinginkan oleh siapapun, yaitu su'ul khotimah. Semoga kita terhindar darinya.
Wahai Dokter, Perawat, Apoteker, dan tenaga medis lainnya, atau penterapi lainnya, Kita hanyalah PERANTARA
Ini adalah hal yang sangat perlu kita tanamkan dalam hati, bahwa kita hanya sebagai perantara yang berkewajiban bersungguh-sungguh dalam melakukan terapi, namun memasrahkan hasil hanya kepada Allah. Dua Obat yang sering terlupakan bagi orang yang sakit, yang pertama adalah kekuatan psikologis dan kekuatan hubungan orang yang sakit dengan Allah. Sedangkan yang kedua adalah tenaga medis yang cerdik pandai lagi Sholeh, bertakwa kepada Allah.
Dalam buku ini dikisahkan ketika penulis dipanggil perawatnya ketika sedang sholat witir, di beritakan oleh sang perawat bahwa pasien mengalami pendarahan. Kemudian sang dokter pun berdoa "Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jika kersehidupan ini lebih baik untuknya-pasien tersebut- maka hentikanlah pendarahannya". Kemudian beliau bersujud menyelesaikan witirnya. Dan ketika Sang dokter ke ruang bedah, ternyata pendarahan telah berhenti bahkan pasien seperti tidak pernah mengalami pendarahan sebelumnya. Begitu pula dikisahkan saat seorang pasien anak-anak yang jantungnya melemah tiba-tiba bisa menjadi stabil padahal belum dilakukan tindakan operasi atau anestesi apapun. Ternyata salah seorang dokter telah menempelkan tangan diatas dada bagian jantung sang anak dan membacakan rukyah atasnya. Sehingga doa kepada Allah telah mempermudah sang anak. Sungguh beruntung bila orang yang sakit ditangani oleh dokter, perawat dan penterapi yang sholeh, karena Allah pasti memberikan petunjuk dan kemudahan dalam urusannya.
Sungguh Allahlah Penyembuh.. Dia yang Menguatkan, Dia yang Menyembuhkan
"Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (QS As-Syuara:80)
Ayat inilah yang membuat seorang pasien yakin akan kesembuhannya! Padahal para dokter termasuk penulis telah menolak mengoperasinya karena kelemahan fisik dan besarnya resiko kegagalan pada pasien tersebut. Namun sungguh kesabaran dan kesungguhan orang tersebut serta keyakinannya kepada Allah telah membuktikan bahwa Allah-lah sang Maha Penyembuh. Bila Allah berkehendak, pasti terjadi!. Dokter bagian pendaftaran yang menolak -dengan seizin takdir Allah- menderita sakit, sehingga pasien bisa mendaftar pada dokter pengganti-yang Allah izinkan tidak mengetahui hal ikhwal penolakan-. Dan dokter pengganti menerima pendaftarannya. Dokter anestesi yang semula menolak, Allah lembutkan hatinya untuk menerima. Dan yang terakhir adalah dokter Al-Jubair (penulis) sebagai pemeran utama dalam melakukan operasi, yang semula menolak, dibuat sibuk-seizin Allah-, hingga beliau tidak memperhatikan pasiennya, beliau hanya berfokus pada tindakan yang telah direncakan untuk dilakukan kepada pasien tersebut. Hingga beiau (penulis) sangat kaget ketika melihat orang yang ditolaknya telah sembuh bahkan dirinyalah yang mengoperasi tanpa sepengetahuan dirinya. Dan pasien ini pun kembali berujar di hadapannya, "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku".
Dikisahkan pula seorang bapak yang telah sanggup berjalan 2 jam setelah operasi yang pastinya sangat menyakitkan, bahkan mampu sholat dhuhur dengan berdiri. Sungguh menakjubkan jawaban beliau ketika ditanya tentang hal ini. Beliau menjelaskan bahwa ia telah berdoa memohon kepada Allah dan berjanji tidak akan minum obat pereda rasa sakit. Biarlah rasa sakit itu ia rasakan sebagai penggugur dosanya, dan beliau memohon kekuatan. Subhanallah, bukan saja Allah menguatkan Sang Bapak, bahkan beliau berujar bahwa dia tidak merasakan sakit apapun setelah operasi.
Janganlah Lari dari Kenikmatan Surga
Suatu bab yang hanya diulas pendek namun bermakna sangat dalam. Pada bab ini dikisahkan seorang pasien yang ditolak oleh anak-anaknya karena khawatir akan merepotkan mereka. Dalam kisah ini sang pasien diceritakan tegar dan tetap bersabar. Adakah anak tersebut sadar bahwa mereka sedang lari dari kenikmatan surga
Sungguh pasien dan keluarganya tidak butuh dikasihani orang lain, karena cukup Allah-lah penolong bagi mereka. Namun setidaknya kita tidak lari dari kenikmatan surga dengan menolak mereka dan keluarganya dalam masyarakat. Padahal telah banyak hadist Rasulullah yang menyampaikan keutamaan orang yang menjenguk orang yang sakit.
Adakah kita Mau Menjadi Umat Terbaik ?
Pada suatu hari seorang petugas pemandi jenazah menuturkan kepada kawannya bahwa wewangian untuk jenazah telah habis, padahal ada jenazah seorang bapak berusia 70 tahun yang harus dimandikan. Maka petugas pemandi jenazah itu meminta keluarga jenazah untuk mencarikan wewangian yang diperlukan. Kemudian ketika jenazah mulai dimandikan, tiba-tiba terhembus semerbak aroma wangi bagaikan wangi cendana -'Uud'- sesaat setelah jenazah tersebut menyentuh air. Ketika anggota keluarga diminta untuk masuk, mereka pun takjub dengan aroma wangi yang semerbak. Padahal setelah dikonfirmasi, mereka pun belum memberikan wewangian apapun pada jenazah.
"Bagaimana keadaan ayah kalian selama hidupnya?" Anaknya menjawab, "Ayah kami adalah seseorang yang selalu menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dengan lemah lembut, dengan cinta kasih ia menerangkan kebaikan kepada manusia"
Juga kisah seseorang yang menceritakan mimpinya bertemu dengan sahabatnya yang telah meninggal dunia. Sahabat yang telah meninggal ini adalah seorang yang taat dan rajin menyeru pada kebaikan. Dalam mimpi itu ia bertanya kepada sahabatnya " Apa yang kamu dapatkan?" Sahabatnya menjawab "Ternyata kesalahanku lebih banyak dari pada kebaikanku". Kemudian ia katakan "Apakah kamu masuk neraka?", Sahabatnya menjawab "Tidak". Dia pun bertanya lagi kepada sahabatnya "Bagaimana bisa? Padahal kesalahanmu lebih banyak daripada kebaikanmu?" Sahabatnya menjawab "Apakah kamu masih ingat saat aku mendatangimu saat kamu dan si fulan sedang bermain tenis meja, lalu aku mengajak kalian untuk menunaikan sholat, akan tetapi kalian tidak mau, kemudian aku mengambil meja tenis kalian lalu menggiring kalian ke masjid, selanjutnya kita sholat berjamaah di sana?" ia menjawab "Ya Aku ingat". Sahabat itu pun melanjutkan "Demi Allah, aku menemukan kejadian tersebut dalam catatan perbuatanku, dengan kejadian itu kebaikanku menjadi lebih berat -dalam timbangan- daripada kesalahanku sehingga aku dimasukkan ke dalam surga"
Saudaraku, sudahkah kita menyeru kepada kebaikan? sudahkah kita mencegah dari kemungkaran? Kemudian kita bersabar atas resiko yang ditimbulkannya, sebagaimana bersabarnya Rasulullah, para sahabat dan para salafus saleh?
Sebuah pertanyaan menunggu jawaban jujur dari hati kita masing-masing. Maukah kita menjadi umat yang dinyatakan terbaik oleh Allah dalam firmannya?
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah" (QS Ali Imran:110)
Wahai dokter, perawat, apoteker, dan tenaga medis lainnya atau penterapi lainnya, dan juga pembaca semuanya, marilah kita mulai menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Dalam hal sekecil apapun setiap saat dan dimana saja.
Tambahkanlah ISTIGHFAR, SHOLAT dan SABAR dalam resep obat pada pasien. Banyak penyakit yang bersumber dari keruhnya hati akibat dosa yang menjadikan hati menjadi galau dan stres. Hingga banyak orang yang ingin diperiksa diobati padahal tidak ditemukan sakit apapun dalam tubuhnya. Dan apapun sakit pasien atau saudara kita, tambahkanlah ketiga hal tersebut dalam doa, motivasi dan nasehat kepada mereka yang sakit. Seperti yang Allah telah firmankan " Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' " (QS Al Baqarah:45)
.
.
Wallahu'alam bishowab,
Afwan, Bacalah bukunya secara lengkap, semoga lebih banyak hikmah yang bisa diambil.
***********
Alhamdulillah, tiba waktunya mengunjungi toko buku lagi, Selain memenuhi permintaan untuk membeli pesanan, saya berniat mencari buku yang bisa menjadi pemenuhan ilmu di Ramadhan ini, dan menjadi teman saat tidak bisa sholat dan shaum. Seperti biasa saya awali perjalanan ke Gramedia dengan membaca ayat ke sepuluh surat Al Kahfi, karena saya tidak tahu ribuan buku di Gramedia atau toko buku lainnya, terkadang isi tidak seindah judulnya, atau tidak selengkap harapan, karena itulah saya berdoa memohon agar mendapat ilmu terbaik dari penulis yang Allah tahu kebaikan hatinya.
Hari itu saya ingin membeli buku "Sebelum Jauh-Jauh Mencari Solusi Perbaiki Sholat Kita" yang ditulis Ustd. Sultan Hadi. Sayangnya buku itu tak ditemukan, justru yang saya temukan adalah beberapa buku lainnya, salah satunya adalah "Kesaksian Seorang Dokter Mensucikan Hati Melalui Kisah-Kisah Nyata". Kisah tentang Adzan dari Jantung Seorang Muadzin yang terletak pada cover belakang telah membuat saya tertarik untuk membelinya.
Saya sangat banyak belajar dari buku ini, meskipun saya akui buku ini gagal menemani Ramadhan, karena saya telah selesai membacanya bahkan sebelum Ramadhan tiba. Alhamdulilllah, segala puji hanya bagi Allah yang memberikan ilmu dan kisah terbaik.