Bismillahirrahmaanirrahiim
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak bisa menghindari percakapan dengan orang lain. Setiap hal bisa menjadi bahan pembicaraan; Isu politik, berita olah raga, gosip artis, dan lain-lain; dari pembicaraan orang yang jauh dan hanya dilihat di televisi sampai dengan orang yang terdekat yaitu gosip tentang tentang teman atau tetangga.
Sebagai syarat terjadinya percakapan hanya dibutuhkan dua orang (karena Kalau sendiri monolog). Jadi ketika dua orang bertemu, mereka akan bisa melakukan percakapan.
Perempuan dikenal lebih sering ngobrol atau bercakap-cakap. Sebenarnya laki-laki pun tidak berbeda, ketika mereka berkumpul mereka juga banyak ngobrol.
Dalam Islam, terdapat ketentuan ADAB BERBICARA dan juga AFATUL LISAN atau menjaga lisan. Ketentuan tersebut berdasarkan Al Quran dan Hadist yang banyak mengungapkan bahayanya lisan yang tidak terjaga. Seseorang bisa masuk neraka karena lisannya. Lengkapnya bisa dilihat di artikel sebelumnya ADAB BERBICARA dan AFATUL LISAN.
Percakapan yang ngelantur bisa berkembang ke banyak arah dan tidak kunjung selesai. Berawal dari menanyakan kabar, kemudian membahas isu terkini, kemudian membahas cuaca, membahas keluarga masing-masing, kemudian akhirnya membahas orang lain. Bila tidak berhati-hati sangat mungkin kita terjatuh kepada ghibah. Seshaleh apapun orang yang bersama kita, setan tetap menghasut kita untuk jatuh ke dalam dosa. Sepele, namun tetap saja berdosa di hadapan Allah.
NGERUMPI
Ngerumpi yang banyak dikenal di masyarakat adalah ngobrol dengan asyik santai, antar beberapa orang, biasanya tidak bisa sebentar alias lama, dan biasanya seru-seruan.
Boleh nggak ya ngerumpi dalam Islam?
Yuk, mari kita catat fakta ngerumpi dibandingkan dengan ketentuan dalam Islam, dan membandingkan dengan teladan kita Rasulullah, apakah dulu beliau dan para sahabat melakukannya
FAKTA NGERUMPI :
1. Ramai
2. Semakin ramai semakin enak
3. yang dibicarakan awalnya jelas tetapi 95% ujungnya melebar tidak jelas
4. umumnya mebicarakan orang lain
5. Lebih sering membicarakan orang yang tidak ikut dalam ngerumpi itu
6. Semakin buruk yang dibicarakan, akan semakin bersemangat
7. Bila ada laki-laki dan perempuan ngerumpi berkelompok, ikhtilat terjadi
8. Harus diakui bahwa hampir semua ketentuan Afatul Lisan dan Adab Berbicara dalam Islam terlanggar, karena biasanya ada gurauan yang berisi kebohongan, ada olok-olokan, biasanya ada pujian yang berlebihan, biasanya semuaaaa hal diceritakan, yang didengar, yang dirasakan , dll
9. Jarang sekali memuji Allah dalam ngerumpi, kalaupun ada kata alhamdulillah, biasanya hanya basa-basi
10. harus diakui ngerumpi mengeraskan hati dan membuat lalai karena terasa nyaman
FAKTA ADAB BERBICARA dalam Islam yang berkaitan dengan NGERUMPI
Secara umum mazah/ senda gurau adalah perbuatan tercela yang dilarang agama, kecuali sebagian kecil saja yang diperbolehkan. Sebab dalam gurauan sering kali terdapat kebohongan, atau pembodohan teman. Gurauan yang diperbolehkan adalah gurauan yang baik, tidak berdusta/berbohong, tidak menyakiti orang lain, tidak berlebihan dan tidak menjadi kebiasaan. Seperti gurauan Nabi dengan istri dan para sahabatnya.
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma'ruf, atau perdamaian di antara manusia” (QS.4:114).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan janganlah pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari yang mengolok-olok “ (QS. 49:11)
“Celaka orang berbicara dusta untuk ditertawakan orang, celaka dia, celaka dia” HR Abu Dawud dan At Tirmidzi
“Ghibah adalah menceritakan sesuatu dari saudaramu, yang jika ia mendengarnya ia tidak menyukainya.” Para sahabat bertanya : “Jika yang diceritakan itu memang ada? Jawab Nabi :
”Jika memang ada itulah ghibah, jika tidak ada maka kamu telah mengada-ada” HR Muslim
“Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawi.
Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja”
Ngerumpi di acara Kongkow, Arisan, Reuni, dll
Tidak bisa dipungkiri bahwa ngerumpi memang telah menjadi hal yang dianggap wajar. Apalagi pada suatu kegiatan yang disebut "Arisan", ngerumpi menjadi sangat wajar terjadi. Tidak mungkin juga kalau peserta arisan, reuni atau semacamnya hanya berdiam tanpa mengobrol sedikitpun kan?
Jadi bagaimana sebaiknya?
Yuk kita sebagai muslim/muslimah yang telah Allah titipkan ilmu tentang bahaya lisan, Adab Berbicara mengamalkan ilmu tersebut. Minimal dimulai dari kita sendiri. Berbicaralah secukupnya dan bermanfaat atau lebih baik diam.
Bagaimana kalau kita dianggap pendiam/ sombong/ sok 'alim?
Kalau hanya DIANGGAP "oleh manusia", apa repotnya? Nah ini saatnya kita lebih mengejar apa yang Allah sukai daripada yang makhluk sukai. Tidak ada gunanya pujian atau anggapan baik dari makhluk bila ternyata bernilai dosa dihadapan Allah yang Maha Menghitung dengan teliti. Pujian manusia itu hanya sesaat.
Apakah sebaiknya tidak datang Arisan/ semacamnya?
Keputusan itu terserah pada Anda, perhitungkan manfaat silaturahmi dan kemampuan Anda menjaga lisan. Tidak ada kebaikan yang disertai kemaksiatan. Inilah saatnya Anda lebih kreatif untuk bisa mengemas acara-acara tersebut dengan lebih syar'i, tidak bertele-tele, tidak berlama-lama, menjaga waktu sholat, dresscode yang Islami, dll.
Bukankah selama ini ngerumpi itu biasa/ wajar?
Yang wajar dan biasa belum tentu benar. Yang benar juga belum tentu wajar(versi manusia), namun harus dibiasakan. Sejujur-jujurnya.... hanya KESOMBONGAN HATI yang menolak ilmu.
Naudzubillah..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillahirrabbil'alamin,
semoga bermanfaat, Anda bisa berbeda pendapat bisa disampaikan pada comment untuk menambah wawasan bagi pembaca lainnya.
Ya Allah, lindungilah lisan kami dari segala hal yang tidak Kau sukai, dan cukupkanlah bagi kami kasih sayang dan perlindungan dariMu. Wa kafaa billaahi syahiida
Ditulis Oleh Seseorang yang sedang belajar Islam, Referensi : Al Quran, Artikel Afatul Lisan, ADAB BERBICARA, my experience