Banyak kejadian besar dan kecil, susah dan senang berlalu dalam kehidupan kita, diceritakan kepada kita, diperlihatkan kepada kita atau kita sendiri yang mengalaminya. Dan sesungguhnya semua kejadian itu telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh, seperti tercantum dalam Al Quran:
"Tiada suatu bencana pun menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. "(QS Al Hadid 22-23)
Bagaimana Reaksi Anda saat terjadi bencana alam di daerah lain yang menimpa saudara Anda? dan mungkin Anda juga sedikit merasakannya? Berikut hasil pengamatan reaksi spontan saya, anda dan orang-orang di sekitar kita saat terjadinya gempa di Tasikmalaya 3 September 2009.
1. Tenang dan Pura-pura tenang. Orang jenis ini mungkin sedang banyak urusan atau pikiran di dalam otaknya. Dia ikut mengungsi, ikut evakuasi, tetapi tetap menulis di notebooknya, sibuk mencatat di agendanya, sibuk sms koleganya. Mau hujan badai, hujan uang sampai hujan durian menimpa sebelah duduknya pun dia tidak akan bereaksi banyak. Bila kejadian sudah lewat barulah dia berujar, "oh terjadi ini dan itu ya?" sambil kembali fokus ke Blackberry nya..T_T
2. Panik dan ribut sendiri. Mereka ini agak hiperbola menghadapi bencana yang menimpanya. Bahayanya orang jenis ini, biasanya setelah beberapa hari, cara ceritanya ke orang-orang akan berbeda sekali dengan yang dia alami, seakan dialah yang paling menderita dalam kejadian itu. Bila kejadian itu terjadi di daerahnya, maka dialah yang paling gesit mencari berita lengkapnya di semua media, tidak lain tidak bukan adalah untuk diributkan. Tidak direkomendasikan bagi mereka untuk mengunjungi para korban karena dikhawatirkan bikin sensasi. Selain itu orang jenis ini biasanya punya selera narsis cukup besar, sehingga biasanya kalau dia datang ke tempat yang tidak biasa, langsung keluar kamera, ambil gambar dan upload di facebook atau media pertemanan lainnya dan berjudul "I witness". Astaghfirullahaladziim
3. Orang yang sigap, cekatan. Mereka tahu kalau mereka mengalami bencana atau ada saudara mereka yang mengalami bencana di suatu tempat. Merekalah orang-orang yang dengan sigap membantu para korban. Orang ketiga ini sama sibuknya mencari berita tentang bencana seperti "Si Ribut", namun bedanya berita dan data yang didapat dijadikan dasar untuk menganalisa apa yang bisa dia lakukan untuk para korban. Bantuan langsung/ tenaga/dana/ atau bila tidak memungkinkan kesemuanya, dia bisa berdoa untuk saudaranya.
4. Ordinary people alias orang yang 'biasa banget'. Sikapnya standar, tidak ribut sendiri, tidak acuh, tapi juga tidak sigap. Yang penting dirinya dan keluarga selamat itu sudah cukup. Reaksi pertamanya jelas ikut evakuasi bersama keluarganya, atau bila sedang terpisah dengan keluarga, dia akan segera telepon semua keluarganya. Selanjutnya semua berjalan normal kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Bila dia yang tertimpa musibah, mereka akan tenang dan nerimo. Bila dia di dekat si Ribut, dia juga akan sedikit menyumbang suara. Bila dekat si Tenang, dia ikut tenang. Bila di dekat si sigap, mereka bisa ikut sigap, atau yang umum terjadi.... mereka inilah penonton sejati dan hanya berperan pemberi semangat kepada si Sigap.
Follow up Reaksi Peristiwa dan Kejadian.
Berikut ini adalah kita, yang mana Anda?
1. Berlalu seperti angin. Ada orang-orang yang setiap kejadian baginya seperti angin. Mungkin prinsip hidupnya seperti air mengalir. yang berlalu biarlah berlalu, akan ada hari esok yang harus dihadapi oleh diri dan keluarganya.
2. Berfikir dan berlaku sesuai perannya dalam kejadian/ peristiwa. Juru berita akan memberitakan peristiwa, dokter berperan mendiagnosa penyakit dan berikhtiar memberikan obat, perawat berperan merawat orang yang sakit, mahasiswa dan orang-orang yang peduli akan mengkoordinir bantuan.
3. Bertafakur, Muhasabah diri, dan hati. "Kepunyaan Allah-lah Kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran 189-191). Sesungguhnya kejadian hari ini belum sebanding dengan huru-hara hari akhir. Maka takutkah kita menghadapinya? siapkah kita? Namun mengapa kita tidak SERIUS mempersiapkan diri?
Besar kecilnya kejadian tidak akan berarti apa-apa bila tidak ada ilmu hikmah yang kita dapat dari kejadian atau peristiwa itu.
Artikel ini ditulis sebagai tafakur terhadap kejadian untuk menjadi pelajaran bagi diri dan semoga bisa bermanfaat bagi Anda untuk memilih reaksi dan follow up terbaik terhadap setiap kejadian. Wallahu'alam
Ya Allah berilah kekuatan iman kepada Saudara-saudara kami yang tertimpa musibah kemarin hari ini dan besok/lusa. Berilah Saudara kami kesabaran, dan jadikan musibah ini menjadi penggugur dosa mereka. Berilah ganti semua yang hilang dengan sesuatu yang lebih berkah dari sisi Mu. Gantilah dengan hati-hati yang semakin mendekat kepadaMu, semakin merasakan nikmatnya bergantung hanya padaMu.
Allahumaftahlana hikmataka, Ya Allah ingatkanlah kami akan dekatnya kematian dan besarnya kekuasaanMu atas kami
amiin