Di Indonesia, Lebaran identik dengan kata mudik!! Bahkan ketika Ramadhan baru memasuki hari pertama, penjualan tiket kendaraan umum telah ludes diserbu calon pemudik.
Perjalanan mudik ini bisa berlangsung hanya satu jam, setengah hari atau bisa berhari-hari. Nah oleh karena itu banyak hal yang perlu kita siapkan agar 'waktu' perjalanan ini tidak terlewati sia-sia.
PERSIAPAN
1. Kendaraan
Persiapkan kendaraan yang akan digunakan. Bila Anda menggunakan kendaraan pribadi, periksa keadaan mesin dan hal-hal lain yang bisa mempengaruhi keselamatan berkendara. Untuk yang menggunakan kendaraan umum, persiapkan tiket, perhitungkan waktu keberangkatan kendaraan umum tersebut dan keberangkatan kita dari rumah.
2. Perlengkapan
Berapa lama perjalanan Anda? Waktu perjalanan sangat menentukan seberapa banyak perlengkapan yang kita bawa. Untuk yang menggunakan pesawat terbang dengan lama perjalanan 1 jam tidak perlu membawa banyak cemilan dan air mineral 1 liter. Namun bagi yang menggunakan mobil dan ada kemungkinan macet lebih dari 12 jam, maka bawalah banyak makanan dan minuman karena harga makanan di daerah yang macet total dan berhenti sama sekali bisa melonjak tinggi (suka-suka si penjual). Untuk yang menggunakan bis atau kereta api, bawalah makanan dan minuman secukupnya memenuhi kebutuhan namun jangan sampai jumlahnya merepotkan kita dalam membawanya. Pertimbangkan pula bila kita menggunakan kendaraan umum kita tidak bisa seenaknya minta berhenti di POM bensin untuk ke toilet. Oleh karena itu porsi minum perlu diperhatikan.
3. Barang bawaan
Persiapkan barang bawaan kita dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Sesuaikan dengan kendaraan yang akan digunakan. Buatlah daftar oleh-oleh yang direncanakan akan diberikan untuk keluarga agar tidak ada yang terlewat. Begitu pula daftar oleh-oleh untuk teman-teman sekembalinya dari kampung halaman. Daftar oleh-oleh ini akan membimbing kita untuk tidak berlebihan dalam membeli oleh-oleh, namun juga tidak pelit memberikan pemberian yang baik.
Selain barang bawaan yang berkaitan dengan tujuan perjalanan, kita juga perlu menyiapkan barang bawaan untuk perjalanan kita. Siapkan buku bacaan yang bermanfaat, MP3 murrotal, atau barang-barang lain yang bermanfaat untuk kita gunakan selama perjalanan. Jangan sampai perjalanan ini berlalu begitu saja tanpa kita mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari waktu yang tersita.
DALAM PERJALANAN
Sebelum keluar rumah hendaklah berdoa memohon perlindungan kepada Allah. Dari Abdullah bin Sarjis ra., ia berkata: "Apabila Rasulullah SAW hendak bepergian, beliau berlindung diri kepada Allah dari kesukaran dalam bepergian, pulang yang menyedihkan, keraguan setelah adanya kemantapan, doanya orang yang teraniaya, dan jeleknya pemandangan pada keluarga dan harta" (HR Muslim).
Ada beberapa doa yang diajarkan Nabi SAW, di antaranya adalah:
بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
Bismillahi tawakaltu ‘alallahi laa haula walaa quwwata illa billah
“Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai )
Catatan: Barangsiapa membaca doa ini ketika keluar rumah maka ia tidak akan diganggu syetan dan terhindar dari bencana.
Doa Lain yang Diajarkan Nabi adalah:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ، أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ، أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ.
Allahumma innii a’uudzubika an adlilla aw udlalla, aw azilla au uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala au yujhala ‘alayya
“Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan; dari menggelincirkan atau digelincirkan; dari menganiaya atau dianiaya; dari membodohi atau saya dibodohi (orang lain) (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)
Rasulullah menganjurkan untuk berangkat di waktu malam. Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Kamu sekalian hendaklah bepergian pada waktu malam, karena seolah-olah bumi itu terlipat pada waktu malam"(HR Abu Dawud)
Dalam perjalanan Rasul sangat bermurah hati dan menolong kepada orang lain. Dari Jabir ra., ia berkata: "Rasulullah SAW apabila dalam perjalanan, beliau biasa di belakang; dimana beliau memberi pertolongan kepada orang yang lemah serta membonceng dan mengajaknya"(HR Abu Dawud)
Rasulullah mengisi perjalanannya dengan doa dan berzikir. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah bersabda: "Ada 3 macam doa yang tidak diragukan lagi keampuhannya, yaitu doanya orang yang teraniaya, orang yang sedan dalam bepergian dan orang tua terhadap anaknya" (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: "Apabila Nabi SAW beserta pasukannya mendaki bukit, mereka membaca takbir dan apabila turun, mereka membaca tasbih" (HR Abu Dawud)
Berhati-hatilah pada perjalanan yang diniatkan untuk melaksanakan ibadah sunah(silaturahmi), namun malah menyia-nyiakan sholat sebagai ibadah wajib. Bagaimanapun beratnya perjalanan yang Anda lakukan, tetap harus melaksanakan sholat lima waktu !
Allah memberikan kemudahan sholat bagi orang yang dalam perjalanan, bila waktunya tidak memungkinkan kita bisa menjamak sholat dhuhur dengan asar, dan maghrib dengan isya. Allah juga memperbolehkan kita menqashar sholat bila dalam perjalanan. Tidak ada air pun bukan halangan karena kita bisa bertayamum. Bila kendaraan tidak berhenti, Islam pun mengajarkan sholat dalam kendaraan. Jadi, PERHATIKAN SHOLAT MESKI DALAM PERJALANAN !
"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS An Nisa:101)
Seorang muslimah sebaiknya pergi bersama muhrimnya. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Tidak halal bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian yang memakan waktu sehari semalam kecuali bersama muhrimnya"(HR Bukhari dan Muslim)
Bagaimana berpuasa dalam perjalanan atau sebagai musafir ?
Apabila puasa dirasa memberatkan dan membebaninya maka itu menjadi makruh hukumnya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang disekitar beliau berdesak-desakan, beliau bertanya : “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpusa”. Beliau bersabda : “Puasa di waktu bepergian bukanlah termasuk kebaikan” [1]
Adapun bila terasa berat atasnya puasa dengan kepayahan yang sangat maka wajib atasnya berbuka, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala orang banyak mengadukan kepada beliau bahwa mereka merasa berat berpuasa (tatkala bepergian, -pent) Nabi menyuruh mereka berbuka, lalu disampaikan lagi kepada beliau, “Sesungguhnya sebagian orang tetap berpuasa”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mereka itu ahli maksiat! Mereka itu pelaku maksiat!” [2]
Sedangkan bagi orang yang tidak mengalami kepayahan untuk berpuasa, yang paling afdhal adalah tetap berpuasa meneladani Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam manakala beliau tetap berpuasa, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, “Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan di panas terik yang menyengat, tiada seorangpun dari kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [3]
Bagaimanakah hukumnya puasa seorang musafir, melihat realita bahwa sekarang ini puasa tidak memberatkan terhadap orang yang menjalankannya karena sempurnanya sarana perhubungan dewasa ini ?
Seorang musafir boleh tetap berpuasa dan boleh berbuka, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” [Al-Baqarah : 185]
Para sahabat Radhiyallahu ‘anhum bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagian mereka ada yang berpuasa, sebagian yang lain berbuka, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa, sebaliknya orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di waktu bepergian, Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Kami bepergian bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan yang sangat panas, tiada seorangpun diantara kami yang berpuasa kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah” [4]
Kaidah hukum bagi musafir adalah dia disuruh memilih antara puasa dan berbuka, akan tetapi jika berpuasa tidak memberatkannya maka puasa lebih utama, karena di dalamnya terdapat tiga manfaat :
1. Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
2. Kemudahan, kemudahan puasa atas manusia; karena seorang manusia apabila dia berpuasa bersama orang banyak maka akan terasa ringan dan mudah.
3. Manfaatnya segera membebaskan diri dari beban tanggung jawabnya.
Apabila terasa berat atasnya maka sebaiknya dia tidak berpuasa, kaidah ‘Tidaklah termasuk kebaikan berpuasa di waktu bepergian’ tepat diterapkan pada keadaan seperti ini, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang pingsan, orang-orang di sekitar beliau berdesak-desakan, beliau bertanya. “Kenapa orang ini?”. Mereka menjawab. “Dia berpuasa”. Beliau bersabda, “Puasa di waktu bepergian bukanlah termasuk kebaikan” [5]. Maka kaidah umum ini berlaku atas orang yang kondisinya seperti kondisi lelaki ini yang merasakan berat untuk berpuasa.
Menambah Manfaat Kebersamaan
Perjalanan jauh bersama seluruh keluarga tidak dilakukan setiap hari. Karena itulah gunakan moment ini untuk lebih mengakrabkan diri dengan keluarga. Gunakan pula moment ini untuk mengajak keluarga kita, anak-anak kita menafakuri alam yang dilihatnya, pemandangan di jalan, beraneka macam orang dan keadaan di jalan.
Bila Anda melakukan perjalanan ini seorang diri, selain banyak berzikir dan berdoa, manfaatkan juga untuk membaca buku yang bermanfaat. Dan lebih baik lagi bila kita bisa menjalin keakaraban/ menambah persaudaraan dengan teman duduk kita (tidak dianjurkan bila teman duduk kita bukan muhrim karena dapat menimbulkan fitnah).
Referensi:
1. Al Qur'an
2. Kitab Terjemah Riyadhus Shalihin jilid 2, Imam Nawawi, Pustaka Amani-Jakarta
3. Kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah, Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terbitan Pustaka Arafah]
4. My "mudik" experience
______________________________________________________________________________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)
[2]. Diriwayatkan oleh Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di bulan Ramadhan bagi musafir selain tujuan maksiat (1114)
[3]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[4]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab 35 (1945). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Memilih antara berpuasa dan berbuka di waktu bepergian (1122)
[5]. Diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Shaum/Bab Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang pingsan karena sangat panas, tidaklah termasuk kebaikan bahwa seseorang berpuasa kala bepergian (1946). Muslim : Kitab Shiyam/Bab Bolehnya berpuasa dan berbuka di kala bulan Ramadhan bagi musafir untuk tujuan selain maksiat (1115)