Mengapa harus puasa siang hari, bukan malam ?
Karena siang hari kita beraktivitas bukan tidur. Aktivitas akan membakar energi hingga habis.
Pertama-tama kebutuhan energi diperoleh dari glukosa hasil makan (sahur). Setelah habis energi diperoleh dari glikogen dalam darah. Bila kandungan glikogen berkurang baru otak menyatakan lapar dan menyuruh makan. Bila kita sedang puasa, otak akan menghidupkan program Autolisis.
Di malam hari, tanpa aktivitas fisik, energi yang dibutuhkan tubuh sedikit, sehingga glikogen darah tidak pernah terpakai dan autolisis tidak pernah diperintahkan untuk aktif.
Jadi ketika berpuasa sebaiknya kita beraktifitas normal, agar kita memperolah manfaatnya. Jangan tiduran sepanjang siang.
Mengapa puasa dibatasi subuh sampai magrib ?
Karena akan membahayakan bila berpuasa lebih dari 16 jam. Produksi enzim oksidasi asam lemak dalam tubuh terbatas dan akan habis bila kita berpuasa 16 jam. Bila kita memaksakan diri terus berpuasa, maka kadar asam lemak bebas (free fatty acids) dalam darah akan tinggi yang dapat menyebabkan otak kita menjadi pusing, membengkak dan lama-lama bisa koma.
Oleh karena itu, makan sahur mendekati imsak, dan segeralah berbuka waktu masuk magrib. Jadi kurang lebih kita berpuasa 13-14 jam
Mengapa manusia diwajibkan puasa satu bulan ?
Karena lebih dari 90% sel dalam tubuh kita mengalami peremajaan dalam periode 28 hari
– sel kulit dan kulit kepala, sel-sel hati, dan sel-sel yang membentuk kalsium pada tulang mati dan diganti setiap hari
– sel reseptor informasi dari saraf, pembentukan sel melanin di kulit, dan sel-sel yang terkait dengan haid wanita. mempunyai siklus pergantian setiap satu bulan (sekitar 28 hari)
– sel darah merah diganti setiap 4 bulan (120 hari)
– sel otak mempunyai siklus pergantian bertahun-tahun
Bila sel-sel tubuh telah diproses sesuai fitrah, insyaAllah peremajaan berikutnya juga sesuai fitrah. Karena semua sel sudah berada pada kondisi yang prima, maka pembentukan sel darah merah tentu akan diproses secara prima. (yang harus didukung oleh aktivitas tubuh dan pola makan). Jadi kita butuh puasa minimal 28 hari berturut-turut, agar seluruh bagian tubuh (kecuali sel darah merah) kembali fitrah.
Mengapa harus di bulan Ramadhan ?
Karena ada siklus badai radiasi matahari yang memberi kemampuan belajar yang tinggi
(wallahu’alam)
Tubuh yang fitrah dapat terkontaminasi kembali atau aus, baik oleh perubahan iklim/musim, maupun oleh pola hidup manusia. Seiring perubahan musim, adaptasi sel-sel tubuh akan berulang setiap tahun. Sebelum memulai siklus adaptasi berikutnya maka sel-sel harus disiapkan dalam kondisi fitrah. Sehingga puasa satu bulan harus diulangi setiap tahun. Karena puasa menyediakan energi extra untuk belajar atau berpikir, maka sebaiknya puasa dilakukan pada saat kondisi alam mendukung kondisi kecerdasan (daya tangkap) otak. Aktifitas otak terlihat dari getaran membran sel otak, dan tingkat getaran otak dipengaruhi oleh radiasi
elektromagnetik. Tingkat kesadaran otak berbeda antara malam, pagi, siang dan sore hari.
Badai matahari juga berpengaruh terhadap tingkat kesadaran otak. Berdasarkan skala NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), Badai Radiasi Matahari dikelompokkan dalam lima skala (S1-S5). Badai matahari yang mempunyai siklus tahunan terletak antara skala S2 (Moderate) dan S3 (Strong), yang masih aman bagi manusia.
Pada setiap bulan Ramadhan diperkirakan terjadi badai radiasi dengan tingkat flux 700-800 MeV particles-1 ster-1 cm-2. Radiasi ini sekitar seribu kali radiasi bulan purnama dengan tingkat flux 0.7-0.8 MeV particle s-1 ster-1 cm-2. Ini adalah hipotesa malam lailatul qadar yang bernilai seribu bulan (wallahu’lam)
Tingkat kesadaran otak yang tinggi di bulan Ramadhan merupakan alasan mengapa banyak Nabi merenung di bulan ini, dan mengapa Al Quran turun pada bulan ini. Oleh karena itu manfaatkan bulan Ramadhan untuk sebanyak mungkin memahami isi Al Quran, merenung dan belajar.
Referensi: Rajendra Kertawiria@Quranic Quotient Centre
Baca juga Part 1 dan Part 2
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."(QS Ali Imran 191)
Allahumaftahlana hikmataka, ilmu manusia dalam menafakuri ciptaanNya hanyalah setitik debu dibandingkan keluasan Ilmu Allah ArRahmaan ArRahiim yang Maha Sayang dan tidak pernah menganiaya hambaNya.