Puji hanya bagi Allah yang tidak pernah menganiaya hambaNya, yang tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, yang mengukur dan menjadikan sesuatu dengan ukuran, dengan seimbang...
Teruntuk sahabatku yang mengalami hipotensi, artikel berikut adalah tentang Hipotensi dan perbandingannya dengan hipertensi.
Mengapa harus bersyukur dengan hipotensi?
Janji Allah bagi hambaNya yang bersyukur akan ditambah nikmat kepadanya.
Dengan disyukuri, insyaAllah akan membukakan hikmah dibalik hipotensi kita, mengapa tiba-tiba hipotensi, mengapa begini dan begitu
Dengan merasakan sensasi terjadinya hipotensi seperti pusing-pusing, lemas dan para pasukannya, kita jadi tahu nikmatnya sehat yang mungkin terlupa.
Sebagai orang yang kadang mengalami hipotensi, kita seharusnya belajar tentang terjadinya sesuatu yang mulai melampaui batas dan melanggar keseimbangan hak tubuh. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab hipotensi bagi masing-masing orang (bisa berbeda-beda). Ada yan karena kurang minum, mengabaikan gizi, kurang istirahat dan lain-lain.
Makanan untuk orang hipotensi biasanya enak-enak. Berbeda dengan orang darah tinggi yang dipantang makanan berkolesterol sebagai faktor resiko hipertensi, penderita hipotensi justru umumnya disuruh makan sate/ gulai sapi atau kambing, durian, dan makanan enak lainnya. Secara ilmiah ini belum terbukti hasilnya, bahkan menjadikan rancu antara anemia(kekurangan darah) dan hipotensi(tekanan darah rendah), tapi tidak ada salahnya makan makanan yang enak, halal dan tidak berlebihan.
Bisa beristirahat. Untuk orang hipotensi, istirahat sangat diperlukan untuk menambah kekuatan dan mengembalikan stamina kembali ke kondisi terbaiknya
Tanyakan lagi kepada diri kita masing-masing, maka akan banyak syukur yang bisa terucap dari terjadinya hipotensi atau apapun penyakit kita..
Kisah dari seorang sahabat:
Belajar dari hipotensi terparah yang pernah terjadi, saya bisa mengerti nikmatnya hidup dengan nyawa "kedua". Setahun yang lalu dengan penyebab kelelahan, saya mengalami hipotensi hingga kurang dari 90/60. Dalam sehari saya tiga kali pingsan (seperti minum obat saja ya?)
Dan saat-saat pingsan terakhir, antara sadar dan tidak sadar, saat terjatuh dan tergeletak di lantai, sendirian tanpa ada yang menolong...
Ketika maut terasa begitu dekat itulah, perasaan "cukup" amal menghilang berganti pertanyaan adakah dari semua itu yang "pantas" diterima keikhlasannya?
Ketika maut terasa di depan mata, dan kerinduan pertemuan dengan kekasih sejati tinggal menunggu masanya.. air mata justru menampar hati, sekotor inikah hati yang akan bertemu dengan Rabbnya?
Hingga akhirnya kata terakhir yang terucap "ya Allah berilah waktu lagi mengenalMu, membersihkan hati, mempersembahkan Qolbun salim untuk pertemuan denganMu" dan mata itu terutup tapi jantung masih berdetak bertasbih menyebut nama Rabbnya.
Inilah rasanya berputus asa dari makhluk dan hanya mengharap rahmat dari Allah..
Dan akhirnya dokter pun berkata "Subhanallah Anda masih bisa hidup dengan tekanan darah serendah ini, bahkan masih bisa datang kemari"...
Nasehatnya pada kita: Allah menyukai muslim yang kuat dari pada yang lemah, maka penuhilah hak tubuhmu untuk sehat.
Allahumaftahlana hikmataka... semoga Allah membukakan hikmah dari setiap kejadian...
Sukses yang utama dalam ujian bukan hanya sekedar melewati ujian itu, namun sukses sejati adalah bila kita sukses mendekatkan diri kepada Allah dengan ujian itu.