Telah semakin dekat datangnya bulan mulia itu.... Ramadhan...
30 hari bisa berlalu bergitu saja, atau 30 hari bisa menjadi sarat makna dan tak terlupakan. Bukan bulan atau hari hitungan pertanggungjawaban kita dihadapan Allah. Bukan pula jam atau menit, melainkan perdetik akan kita pertanggungjawabkan di hadapannya..
Berikut ini adalah Adab Ramadhan sesuai tuntunan Rasulullah:
1. Haram berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan dalam rangka berjaga
"Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seorang yang biasa berpuasa dengan suatu puasa sunnat maka hendaknyalah ia berpuasa".
Muttaqun ‘alahi: Bukhari no.1914, Muslim no. 1082
2. Berpuasa dengan melihat hilal atau menyempurnakan bulan Sya’ban 30 hari, bila terhalang dari penglihatan manusia. Dan bukan dengan Hisab.
"Maka barang siapa dari kalian yang menyaksikan bulan, maka hendaknya ia berpuasa".
Q.S: Al-Baqarah/2: 186
"Apabila kalian melihat hilal (bulan sabit) maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya maka berbukalah".
Muttafaqun ‘alahi: Bukhari no.1906, Muslim no. 2500
3. Berpuasa bersama kaum muslimin
" Puasa kalian adalah pada hari kalian berpuasa. Dan berbuka kalian, ialah pada hari kalian berbuka. Dan hari penyembelihan kalian, ialah hari ketika kalian (semua) menyembelih".
Shahih: Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660
Tirmidzi Berkata: “Maksud hadits ini adalah berpuasa dan berbuka adalah bersama-sama orang banyak”.
Al-Albani berkata : Saya berpendapat bahwa masyarakat di setiap negeri berpuasa dengan pemerintahnya, tidak berpecah belah, sebagian berpuasa dengan negaranya dan sebagian (lainnya) berpuasa dengan negara lain –baik puasanya tersebut mendahului yang lainnya atau terlambat- karena akan memperluas perselisihan di masyarakat, sebagaimana yang terjadi di disebagian negara Arab. Wallahull Musta’an.
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz berkata: “Setiap muslim, hendaklah berpuasa bersama dengan negara tempat ia tinggal, dan berbuka dengannya, sesuai sabda Nabi”.
4. Berniat Puasa
Niat tempatnya di dalam hati dan tidak dilafadzhkan. Niat puasa ramadhan dilakukan pada malam harinya sampai terbit fajar dan selalu diperbaharui setiap malam
“Sesungguhnya segala amal bergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya.”
Muttafaqun ‘alaih: Bukhari no. 1, Muslim no: 1907, Abu Dawud no: 2186, Tirmidzi no: 1698, Ibnu Majah no:4277 dan Nasa’i I:59.
" Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya"
Shahih: Abu Dawud no. 2454, Ibnu Majah no. 1933, An-Nasa'i 4/196, Tirmidzi no. 730
" Barangsiapa tidak niat untuk melakukan puasa pada malam harinya, maka tidak ada puasa baginya"
Shahih: An-Nasa'i 4/196, Al-Baihaqi 4/202
5. Makan Sahur
“Bersahurlah kalian, karena sesungguhnya di dalam santap sahur itu terdapat barakah.”
Muttafaqun ‘alaih : Bukhari no:139 no:1923, Muslim no:1095, Tirmidzi no: 703, Nasa’i IV: 141 dan Ibnu Majah no: 1690
6. Sahur merupakan syi’ar agama Islam yang besar yang membedakan kaum muslimin dengan Yahudi dan Nashrani
“Yang membedakan antara puasa kami (orang-orang muslim) dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.”
Shahih: Muslim no. 1097
7. Allah dan Malaikat-Nya Bershalawat Kepada Orang-Orang yang Sahur.
“Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur"
8. Kurma makanan sahur terbaik seorang mukmin.
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah tamr (kurma).”
Shahih: Abu Dawud no. 2345, Ash-Shahihah no. 562
9. Tetap bersahur walaupun dengan setengguk air
" Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air"
Hasan: Abu Ya'la no. 3340, Ibnu Hibban no.884, Shahihul Jami’ no.2945
10. Mengakhirkan makan sahur
“Bersegeralah berbuka dan akhirkanlah makan sahur”.
Shahih: Ibnu Adiy dalam al-Kamil, Shahihul Jami’ no. 2735
“Tiga (perkara) termasuk akhlak kenabian (yaitu): mensegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat.”
Shahih: Ath-Thabrani, Shahihul Jami’ no. 3038
11. Menyelesaikan makan atau minum yang ada di tangan walaupun fajar telah terbit.
“Apabila salah seorang diantara kalian mendengar adzan sedang bejana ada ditangannya, maka janganlah ia letakkan hingga ia menyelesaikan hajatnya”.
Shahih: Abu Dawud no. 2333, shahihul Jami’ no. 607
12. Waktu antara sahur dan adzan subuh
"Kami makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian beliau shalat" Aku tanyakan (kata Anas), "Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?" Zaid menjawab, "kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur'an"
Muttafaqun ‘alaih: Bukhari 4/118, Muslim no. 1097
13. Imsak adalah dikumandangkan adzan subuh
“Dan makanlah serta minumlah sebelum jelas benar bagimu, benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”.
Q.S: al-Baqarah/2: 187)
Allah di dalam al-Qur’an membolehkan kita makan dan minum sampai datang waktu shubuh (adzan shubuh). Oleh karena itu bid’ah imsak yang 10 menit sebelum shubuh telah mengharamkan apa yang Allah halalkan.
14. Menjaga anggota tubuh dari maksiat ketika berpuasa
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya".
Sahih: Bukhari no. 1903, Abu Dawud no. 2345, Tirmidzi no. 702.
15. Tetap bersabar dan tidak membalas orang yang mencaci
“Apabila salah seorang dari kalian berpuasa, maka hendaklah dia benar-benar tidak berbuat nista, tidak bertengkar dan berteriak-teriak dan tidak berlaku bodoh, apabila seseorang mencelanya atau mengajaknya berkelahi maka hendaknya ia mengatakan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa”.
Shahih: Bukhari no. 1904, Muslim no. 1151
16. Memperbanyak amal kebaikan, rajin membaca dan mempelajari al-Qur’an
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya, dan Jibril menemuinya pada setiap malam pada bulan Ramadhan untuk mentadaruskan beliau saw. Al-qur'an dan benar-benar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. lebih dermawan tentang kebajikan (cepat berbuat kebaikan) daripada angin yang berhembus”.
Muttafaq ‘alaihi: Bukhari no.1904, Muslim no.1151
17. Diperbolehkan berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung ketika berwudhu dengan tidak keras dan menjaga agar tidak mesuk ke kerongkongan
“Apabila kamu beristinsyaaq ( menghisap air ke hidung ) keraskan kecuali kamu dalam keadaan puasa”.
Shahih: Tirmidzi 3/146, Abu Daud 2/308, Ahmad 4/32, Ibnu Abi Syaibah 3/101, Ibnu Majah 407, An-Nasaai no. 87
18. Mandi dan berenang dalam keadaan berpuasa sepanjang ia dapat menjaga air tidak masuk ke kerongkongan
“Dan sungguh telah saya lihat Rasulullah saw. menyiram air di atas kepala beliau padahal beliau dalam keadaan puasa karena haus dan karena udara panas”.
Shahih: Abu Dawud no. 2348
19. Memeluk/bersentuhan dan mencium istri selama mampu menguasai dirinya
“Adalah Rasulullah mencium ( istrinya ) sedang beliau dalam keadaan puasa dan menggauli dan bercumbu rayu dengan istrinya (tidak sampai bersetubuh ) sedang beliau dalam keadaan puasa, akan tetapi beliau adalah orang yang paling kuat menahan birahinya.
Muttafaqun ‘alaihi: Bukhari: 1927, Muslim no. 1106
“Bahwa sesungguhnya ada seorang wanita bertanya kepada Ummu Salamah. Wanita itu berkata : Sesungguhnya suami saya mencium saya sedang dia dan saya dalam keadaan puasa, bagaimana pendapatmu ? Maka ia menjawab : Adalah Rasulullah pernah mencium saya sedang beliau dan saya dalam keadaan puasa.
Shahih: Abu Dawud no. 2384
20. Boleh mencicipi masakan selama tidak tertelan
“Tidak mengapa orang yang puasa mencicipi cuka dan sesuatu yang akan dibelinya”.
Hasan Lighairihi: Ibnu Abu Syaibah III/47, memiliki pendukung dalam shahih Bukhari 4/153 dan Baihaqi 4/261
21. Boleh menggunakan celak mata, suntikan, obat tetes mata dan mencium wewangian.
Benda-benda ini tidak membatalkan puasa, baik rasanya yang dirasakan di tenggorokan atau tidak. Inilah yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam risalahnya yang bermanfaat dengan judul Haqiqatus Shiyam serta murid beliau yaitu Ibnul Qayim dalam kitabnya Zadul Ma'ad, Imam bukhari berkata dalam shahhihnya[4] : "Anas bin Malik, Hasan Al-Bashri dan Ibrahim An-Nakha'i memandang, tidak mengapa bagi yang berpuasa".
22. Boleh bersiwak/sikat gigi
“Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku suruh mereka untuk bersiwak setiap kali wudlu"
Muttafaqun ‘alaihi: Bukhari 2/311, Muslim no.252
23. Menyegerakan berbuka
“Manusia ( ummat Islam ) masih dalam keadaan baik selama mentakjilkan (menyegerakan) berbuka”.
Muttafaqun ‘alaihi: Bukhari no. 1955, Muslim no. 1101
"Tiga perkara yang merupakan akhlak para Nabi : menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan di atas tangan kiri dalam shalat".
Shahih: Ath-Thabrani Shahihul Jami’ no. 3038)
24. Berbuka dengan ruthab (kurma basah) atau Tamr (kurma kering)
“Rasulullah saw berbuka dengan makan beberapa ruthaab (kurma basah ) sebelum shalat, kalau tidak ada maka dengan kurma kering, kalau tidak ada maka dengan meneguk air beberapa teguk”.
Hasan: Abu Dawud no. 2356, Tirmidzi no. 692, Ash-Shahihah no. 2065
“Apabila salah seorang diantara kamu puasa hendaklah berbuka dengan kurma, bila tidak ada kurma hendaklah dengan air, sesungguhnya air itu suci dan mensucikan”.
25. Do’a ketika berbuka
Selesai berbuka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a:
DZAHABA ZHAMA-U WABTALLATIL ‘URUUKU, WA TSABATAL AJRU INSYAA-ALLAH
“Telah sirna rasa haus dan menjadi basah semua urat-urat dan pahala telah ditetapkan Insya-Allah”.
Hasan: Abu Dawud no. 2357
26. Memberikan makan kepada orang yang berbuka puasa
“Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala (yang berpuasa) dalam keadaan tidak berkurang sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu.”
Shahih: Ahmad, 4/114, At-Tirmidzi, 3/807, Ibnu Majah, 1/1746, Ad-Darimi no. 1702.
27. Melaksanakan shalat tarawih dengan 11 rakaat dan dilakukan berjama’ah
“Barang siapa yang shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu”.
Muttafaqun ‘alaih: Bukhari no. no: 2009, Muslim no: 174 dan 759, Abu Dawud no: 1358, Tirmidzi no: 805, dan Nasa'i IV: 156
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah shalat malam di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari sebelas raka'at"
Muttafaqun ‘alaihi: Bukhari 3/16 dan Muslim no. 736.
“Sesungguhnya seseorang apabila shalat bersama imam sampai selesai maka terhitung baginya (makmum) qiyam satu malam penuh.”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah)
28. Melakukan I’tikaf
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat, terutama malaikat Jibril dan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh kesejahteraan sampai terbit fajar."
Q.S: Al-Qadr: 5
“Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan."
Shahih: Bukhari no: 2020, Tirmidzi no: 789
Dikutip dari tulisan Mohamad Holil, Referensi:
- Shahih fiqih sunnah jilid 2, Abu Kamal bin as Sayyid Salim
- Sifat Shaum nabi Shalallahu’Alaihi Wasallam, Salim bin ‘id al-Hilali
- Ensiklopedi Adab Islam, Abdul Aziz bin Fadhi as Sayyid Nada