Bila kita bertafakur melihat jalan setapak, jalan trotoar, jalan raya dan akhirnya akan sampai pada landasan pesawat terbang, maka kita akan mendapati bahwa kualitas dan lebarnya jalan telah sesuai dengan ukuran kendaraan yang akan melaluinya.
Ukuran dan lebar trotoar kecil bila dibandingkan dengan jalan raya, karena yang lewat trotoar hanyalah pejalan kaki. Jjalan utama kota lebih besar dari jalan aspal di desa karena volume kendaraan yang lewat lebih banyak sehingga diperlukan jalan yang besar pula. Apalagi landasan pesawat… selain ukurannya lebih lebar, bahan yang digunakan untuk membangunnya pun merupakan bahan pilihan. Beton yang digunakan adalah pilihan terbaik sehingga kuat untuk menahan beban pesawat ditambah penumpang di dalamnya. Beton yang kuat menahan beban beberapa pesawat sekaligus yang hilir mudik melintasi bandara.
Allah berfirman dalam QS Al Baqarah:216
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Bila kita tafakuri, sebenarnya kedua hal tersebut berkaitan dan kita dapat mengambil hikmah di dalamnya..
Dalam ayat tersebut Allah telah menyampaikan bahwa nafkah kita sedekah kita akan diganti bahkan 700kali lipat. Bila kita percaya dan memang harus benar-benar yakin bahwa sedekah itu menjadi jalan yang memudahkan rezeki kita, maka jalan seperti apa yang telah kita bangun saat ini?
Mari kita ingat-ingat…
Berapa nominal sedekah harian atau mingguan kita?
Bagaimana bila dibandingkan dengan nominal yang kita habiskan untuk belanja pakaian, maupun gadget yang canggih demi suatu istilah modern, trendy, life style?
apakah kita pernah berujar “pakaian ini saya berikan karena sudah jelek, jadi jarang dipakai dan sudah bisa disedekahkan…”
Dalam ceramahnya saya mendengar Aa Gym pernah menyampaikan bahwa Ustad Yusuf Mansyur pernah berujar:
Bila orang “kita” punya uang 110 ribu rupiah, berapa yang diinfakkan?
Pasti jawabnya 10 ribu rupiah.
Kemudian bila dia punya 115 ribu rupiah, berapa yang disedekahkan?
Pasti kenyataanya 5 ribu rupiah.
Dan bila dia memiliki 116 ribu rupiah, berapa yang disedekahkan?
Pasti jawaban ‘lazim’nya seribu perak.
Dan bila tiba-tiba dia berkata keras.. astaghfirullahaladziim...
Pasti karena dia salah dan justru memasukkan uang 100 ribu rupiahnya ke dalam kotak infak..
Begitulah kita, untuk Allah kita beri yang terkecil….. sedangkan dalam hati berharap mendapat yang besar..
Padahal dalam hadist disebutkan: “ Nafkahkan, berikan dan sedekahkanlah hartamu, serta jangan kamu menghitung-hitungnya, sehingga Allah akan menghitung-hitungnya untukmu, dan janganlah kamu menakar-nakarnya, sehingga Allah akan menakarnya untukmu” (HR Bukhari& Muslim).
Maka mari kita tafakuri apa-apa yang sudah lewat di jalan yang kita buat,
sebesar apa jalan itu?
Mengapa pesawat tak kunjung lewat di atasnya?
Bagaimana kualitas jalan yang kita buat?
Ikhlaskah sedekah dan infak kita di jalan Allah, yang terbaik kah atau terkecil?
Padahal janji Allah adalah benar dan Allah selalu menepati janjinya.
Bila hari ini bersedekah, insyaAllah Allah akan memampukan kita berzakat, bila kita telah berzakat, Allah lah yang akan memampukan kita berwakaf. Dialah yang Maha Kaya dan maha memberi kekayaan pada yang dikehendakinya.
Sahabat, mari kita awali hari ini dengan sedekah dengan yang terbaik dari yang kita miliki, haqul yakin tidak akan kecewa seseorang yang melakukan kebaikan hanya karena Allah..
Kita bangun jalan terbaik dihadapanNya, hingga suatu hari nanti Allah membuat jalan itu pantas dilewati oleh pesawat…Akira Salsabila, terinspirasi dari Ust. Boby, Aa gym, dan Ust Yusuf Mansyur, semoga mereka dirahmati Allah.