16 November 2008

Ada sebuah kisah tentang seorang Eskimo Greenland yang diikutsertakan dalam salah satu ekspedisi Amerika ke Kutub. Sebagai imbalan atas bantuannya, dia dibawa ke kota New York untuk sebuah kunjungan singkat. Dia sangat kagum dengan semua keajaiban yang dilihat dan didengarnya. Ketika dia kembali ke desa asalnya, dia menceritakan tentang gedung-gedung yang menjulang tinggi ke angkasa dan mobil-mobil di jalan yang dilukiskannya sebagai rumah-rumah yang bergerak di atas rel dengan orang-orang yang tinggal di dalamnya, lampu yang gemerlap serta gemerlap New York lainnya.
Orang-orang memandangnya dingin, lalu pergi meninggalkannya. Di seluruh desa dia dijuluki pembohong. Julukan ini ia bawa hingga liang kubur, jauh sebelum kematiannya, nama aslinya sudah terlupakan sama sekali di desa itu.
Ketika Knud Rasmusen mengadakan perjalanan dari Greenland ke Alaska, dia ditemani oleh seorang Eskimo bernama Mitek dari desa yang sama. Mitek mengunjungi Kopenhagen dan New York, di mana ia melihat banyak hal yang baru sama sekali dan benar-benar terkesan.
Kemudian sekembalinya ke Greenland, ia teringat kisah tragis “si Pembohong” dan memutuskan untuk tidak menceritakan kebenaran itu. Sebaliknya, dia menceritakan hal-hal yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya sehingga menyelamatkan reputasinya. Mitek mengatakan ia sangat menikmati perjalanannya bersama orang asing itu, menceritakan bagaimana mereka tetap berada di atas perahu di pinggiran sungai besar Hudson. Orang-orang di desa mempercayainya sebagai orang yang jujur.
Berbicaralah dengan Bahasa kaum, keluar dari batas ini, pilihannya hanya 2:menjadi asing atau diasingkan. Dikutip dari Kisah-Kisah Teladan untuk Keluarga:Pengasah Kecerdasan Spiritual.
Hikmahnya: bila ingin bermanfaat, kuasailah ilmu dan bahasa.
Saya membaca ungkapan tersebut dari buku lain yang saya baca. Ahli matematika dari Amerika mungkin ilmunya tidak berguna di Indonesia bila dia tidak mengkomunikasikan ilmunya dalam bahasa Indonesia atau kepada orang Indonesia yang mengerti bahasa Amerika. Hal ini memacu kita untuk belajar bahasa dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya bahasa Inggris yang dimaksud, namun bahasa setempat di mana kita tinggal sehari-hari. Dan penguasaan ilmu tetap penting agar kita faham apa yang kita sampaikan. Dengan anak kita bicara sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka, dan dengan orang tua kita tentunya berbicara dengan bhasa yang berbeda.