5 Oktober 08

Kadang atau bahkan sering kita berucap atau bergumam dalam hati
sepertinya baru kemarin...
sepertinya baru kemarin masuk kuliah, eh ternyata sekarang sudah lulus bahkan sudah kerja. perasaan baru kemarin berkenalan, sekarang sudah waktunya berpisah, sepertinya baru tadi kita datang, baru kemarin bertemu, baru kemarin jadi anak2, sudah mau punya anak,sekarang sudah begini dan begitu....
Di suatu detik nanti mungkin kita akan berucap baru kemarin aku benar2 meningkatkan ibadahku, lebih mencintai Allah...
ternyata sudah harus berakhir hidup kita...
Ada cerita tentang seorang Bapak yang mengajak anaknya ke makam kakeknya,
Makam kakek itu terletak di tengah pekuburan, sehingga mereka harus melewati beberapa makam lainnya. Sepanjang melewati makam-makam itu, anak kecil itu membaca satu persatu tahun kematian yang tertera di batu nisan.
"Tahun 1984, Tahun 1980, Tahun 1968, Tahun 1982, Tahun 2007, Tahun 1950, Tahun 2008...",
"Ayo dek, itu makam kakek sudah dekat.", Kata ayahnya. Tiba-tiba kemudian anak kecil itu berkata "Yah, ternyata di dalam kubur itu lama sekali ya?"
Ayahnya yang sedaritadi acuh dengan suara anaknya yang membaca tahun kematian, menjadi tersentak dan diam...dan merenungi betapa dalam makna ucapan sederhana dari sang anak..
UIntuk orang yang meninggal puluhan tahun lalu berati dia sudah ada di dalam kubur puluhan tahun menanti hari kiamat? lalu orang yang meninggal ratusan bahkan ribuan tahun lalu... berarti selama itu pula mereka berada di alam kubur...
Lalu kita, berapa lama jarak kematian kita dengan hari kiamat...?
bahagia atau siksa kuburkah selama itu?
Apa yang sudah kita siapkan?
Bila umur kita 60 tahun ukuran manusia, ternyata hanya 0,6 second kosmik?
pantaslah hanya sekejap mata, dan pantaslah bila kita berujar seperti baru kemarin...
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa ada 3 hal yang pahalanya tidak akan terputus;
ilmu yang bermanfaat
doa anak sholeh
dan amal jariyah...
Namun...Seberapa bermanfaatkah ilmu kita untuk masyarakat? seberapa substansialkah ilmu itu untuk digunakan?
Alhamdulillah bila kita termasuk anak yang sholeh, berarti doa kita untuk Orang tua kita tercinta akan menambahkan kebaikan untuk mereka, dan semoga anak cucu kita termasuk anak sholeh yang akan mendoakan kita.
namun... berapa generasi yang akan mendoakan kita?
Seberapa baikkah kita hingga kita yakin 7 turunan akan mendoakan kita?
Seandaikan kita sangat baik, mungkin 3 generasi akan mendoakan kita, bila dihitung kasar akan ada 90 tahun kita mendapat doa dari anak sholeh...
selanjutya?
hanya amal jariyah...
wakaf, sedekah...
sudahkah kita sedekah hari ini?
padahal hanya amal itulah yang pahalanya tidak akan terputus,
Rezeki yang kita dapat, bila kita gunakan untuk beli banyak makanan... akhirnya akan jd sampah..
kita gunakan beli pakaian dan segala macam kebutuhan hidup, ada saatnya akan rusak...
hanya yang kita sedekahkan, infakkan, wakafkan, yang akan kekal. Itulah harta kita sebenarnya yang akan kita temui di akherat..
Kita akan dapat dari sedekah sesuai dengan yang kita niatkan..
Berniat mendapat 10x lipat? 100x lipat? pasti terkabul karena itu janji Allah..
namun bila berniat ikhlas krn Allah, pahalanya tak terbatas, itu janji Allah.
Detak jantung yang bukan janji Allah saja dijagakan olehNya untuk kita... apalagi yang sudah dijanjikannya....InsyaAllah...
Sedekah bisa dengan materi, namun senyum pun sedekah, menyingkirkan paku di jalan pun sedekah, membantu orang lain pun sedekah. Bahkan meninggalkan maksiat di saat ada kesempatan dan kemampuan... itupun sedekah
"waktu sama isi beda" ungkapan itu pasti sudah biasa untuk orang yang terus berusaha memanfaatkan waktu dengan optimal hingga tak ada waktu sia-sia..
"isi sama hasilnya beda".... itu karena niat...
bisa juga di analogikan "sedekahnya sama banyak, tapi pahalanya beda".
Tidak ada solusi lain selain berlindung pada Allah untuk meluruskan niat ibadah kita, sebelum sedekah, saat sedekah, dan sesudahnya, agar tidak teringat terus kebaikannya atau bahkan mengumbarkan ceritanya di hadapan org lain...
Afwan karena yang menuliskan ini tidak lebih baik dari yang membaca, dan juga masih belajar untuk ikhlas, sabar dan syukur...
InsyaAllah, semoga Allah membuka hati kita semua untuk tidak sekedar mengetahui, membaca, namun juga melakukannya..
Itulah hidayah..
Memberi yang terbaik akan mendapat yang terbaik.
Memberi yang sudah usang akan mendapat yang usang juga.
Memberi karena niat membuang sial, yang didapatkan pastinya....
Memberi dari barang yang masih kita cinta, akan mendapatkan sesuatu yang Allah cinta.
Karenanyalah email in terkirim untuk yang tercinta di dunia dan akhirat...
Bila dirasa bermanfaat, forwardlah ke saudara/i yang kita cintai karena Allah..
Wassalamualaikum wr wb
Best regards,
-Akira Salsabila-
(sebagian dikutip dr Ust Boby-trjyfm280308)
Sepertinya baru kemarin kembali ke pelukan mama, besok akan berpisah lagi......