Ketika kita ingin melakukan sesuatu kebaikan, terkadang muncul kata-kata : "nanti saja", "lain kali", "kalau ada kesempatan lagi"
Atau kadang kita mengatakan, "Masih ada besok", "Masih ada kesempatan kedua", "Jangan yang ini, nanti ada yang lebih baik".
Begitulah, kita terus menerus memaklumi kekalahan diri kita terhadap waktu.
Hidup di dunia ini laksana garis lurus, bukan berbentuk lingkaran yang kita bisa berputar di dalamnya berkali-kali. Lantas mengapa kita masih mengatakan adanya "kesempatan kedua", dan "lain kali saja" ?
Satu kali atau dua kali saja kata-kata tersebut digunakan sebagaimana fungsinya untuk menyemangati. Selebihnya, periksa kembali hati kita karena tanpa sadar, kadang kita mengatakan hal itu untuk memaklumi kekalahan kita, kemalasan kita, dan alasan lainnya berkaitan dengan tidak tercapainya target, tidak terlaksananya kebaikan, atau tidak jadinya suatu rencana. Padahal kita sadar tanpa semangat, tanpa konsistensi, tanpa komitmen, tanpa azzam dan niat yang lurus, semuanya hanya akan berakhir sebagai "proposal hati" alias niat tanpa ada pelaksanaannya.
Di lain waktu kita akan memiliki kondisi yang berbeda, mood yang berbeda, niat yang berbeda, dukungan yang berbeda kadarnya, semangat yang berbeda dosisnya, iman yang tak bisa diperkirakan naik turunnya.
Maka tidak akan mungkin sama kondisi di saat ini dengan "lain waktu" itu, "kesempatan kedua" itu. Akan ada orang yang hilang, ada yang baru, dana yang ada menjadi tiada, sarana dan prasarana yang hilang berganti. Tidak mungkin sama!
Usia kita pun telah bertambah di saat "kesempatan kedua atau lain waktu versi kita" itu tiba. Bertambahnya usia bisa bertambah kedewasaan, bisa bertambah kematangan, bertambah kesiapan, tapi jelas dengan kemampuan fisik dan semangat yang berbeda dengan awalnya.
Maka terimalah kekalahan ini sebagai kekalahan, apapun alasannya. Kemudian segeralah perbaiki niat, taubat dan ikhtiar. Jadikan kekalahan ini sebagai bahan bakar semangat untuk usaha berikutnya. Dengan demikian kita akan benar-benar sangat menggunakan kesempatan dan amanah yang diberikan.
Sambut ikhtiar berikutnya sebagai kesempatan baru, bukan kedua atau ketiga, yang harus benar-benar dimaksimalkan untuk mencapai target dan cita-cita. Karena sejatinya, tidak pernah ada "lain waktu" dan "kesempatan kedua"
“Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain. Karena itu, hatikupun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku,. Karena itu, aku pun sibuk beramal. Aku tahu Allah selalu mengawasiku. Karena itu, aku malu jika Dia melihatku di atas kemaksiatan. Aku pun tahu kematian menungguku. Karena itu, aku mempersiapkan bekal untuk berjumpa dengan-Nya.” (Imam Hasan al-Bashri)
.
.
.
Lelah dengan semua pemakluman diri, tidak membuat cita-cita tercapai. Keraslah pada dirimu mengejar ridhoNya, maka kehidupan akan lembut padamu. Namun bila kau terlalu lembut pada dirimu, kehidupan akan keras menempamu. Ya Allah, rindukanlah hamba hanya pada ridho-Mu pada setiap langkah ini. Wa kafaa biLLAAHI syahiida.-MI-