Dirahasiakan oleh Allah 4 hal tentang kematian, yaitu waktu datangnya, tempat kejadiannya, cara/jalan kematian, dan keadaan saat kematian itu tiba. Karena ketidak tahuan kita tentang keempat hal itulah maka kita harus menghargai usia hidup kita saat ini dan membuatnya lebih bermakna
Berapa lama usia manusia di hadapan Allah ?
”Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS As Sajdah : 5).
”Allah bertanya : ”Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab : ”Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung”. Allah berfirman : ”Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun :112 – 114).
Berapa lama manusia hidup di dunia?
Memperhatikan usia Rasulullah Saw, yaitu 63 tahun, dapat diambil asumsi bahwa rata-rata usia manusia adalah 63 tahun. Dengan ketentuan yang telah Allah firmankan dalam QS As Sajdah ayat 5, yang menyebutkan bahwa satu hari akhirat sama dengan seribu tahun dunia, maka usia manusia hanya 63/1.000 hari akhirat, atau kurang lebih hanya 1,5 jam akhirat. Betapa singkatnya!!!!!!
Mengapa Allah memberi usia yang pendek tersebut?
Waktu yang singkat tersebut untuk menguji manusia sejauh mana ketaatan manusia pada kehendak-kehendakNya, yaitu agar menjadi jelas, siapa yang akan menempati surga dan siapa yang akan menjadi penghuni kekal neraka. Bila manusia diberi usia panjang, tentulah akan lebih menderita, karena ujian yang diterimapun akan menjadi lama. Karena hidup yang sangat singkat inilah, tentunya amat rugi orang-orang yang tidak berperilaku sebagaimana yang diinginkanNya. Memang sulit, bahkan mungkin mustahil, dapat begitu saja berperilaku hidup sesuai dengan aturan main Allah, bila manusia tidak mempunyai bekal yang cukup. Bekal yang diperlukan adalah keyakinan Ilahiah. Sebagaimana Rasulullah bersabda : ”Sebaik-baik yang tertanam di dalam hati itu adalah keyakinan”.
Semakin banyak dan dalam keyakinan-keyakinan yang dimiliki, maka semakin memudahkan manusia untuk berperilaku hidup sesuai dengan aturan main yang ditentukanNya. Adapun yang menjadi bahan dasar terbentuknya keyakinan Ilahiah itu adalah ilmu. Dan agar ilmu itu dapat menjadi suatu keyakinan, maka harus digodok lebih lanjut dengan tafakur. Pentingnya tafakur ini dapat diketahui dari besarnya balasan yang diterima dari Allah, sebagimana disampaikan oleh Rasulullah Saw: ”Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun”.
Keyakinan, kunci untuk memudahkan berperilaku hidup sesuai aturan Allah
.
1. Keyakinan akan adanya akhirat
”Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS An Nahl : 60).
Manusia yang haqqul yakin dengan adanya kehidupan akhirat, yaitu tempat dimana harus mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya sewaktu di dunia, pastilah akan mempunyai akhlak yang baik. Karena keyakinannya akan menjadi perisai bagi dirinya untuk tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari yang ditentukan Allah, seperti bersikap sombong, culas, zholim, kikir, budaya mumpung yang tidak terpuji dan lain sebagainya. Seorang tokoh sufi yang bernama Abdullah bin Khubaiq berkata : ”Janganlah kamu bersedih hati kecuali karena sesuatu yang akan mencelakakanmu esok (di akhirat); dan janganlah pula kamu bersenang hati, kecuali karena sesuatu yang akan menyenangkanmu di alam keabadian nanti”.
2. Keyakinan akan mati
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah” (QS Luqman : 33).
Manusia yang mempunyai keyakinan yang tinggi bahwa dirinya suatu waktu pasti akan mati, akan terlindung dari sifat-sifat yang amat mencintai dunia. Karena sesungguhnyalah, rusaknya akhlak manusia dimulai dari rasa cinta yang berlebihan terhadap dunia. Nabi Muhammad Saw bersabda : ”Barangsiapa mencintai dunia, maka Allah tidak akan menolongnya dalam hal apapun. Disamping itu, Allah akan menetapkan di dalam hatinya empat hal : kesusahan yang berkepanjangan, kesibukan yang tiada henti, kefakiran yang untuk selamanya dan angan-angan yang tidak ada batasnya”.
Agar kecintaan yang berlebihan terhadap dunia ini dapat dikendalikan, Rasulullah Saw memberikan kiat, yaitu : ”Perbanyaklah mengingat hal yang dapat menghancurkan segala macam kelezatan”. Dalam hadits lain, seorang sahabat bertanya : ” Ya Rasulullah apakah ada orang yang dikumpulkan bersama syuhada di akhirat?”, menjawab Rasulullah : ”Ya ada, yaitu orang yang selalu mengingat mati duapuluh kali dalam sehari1” (Rawi Baihaqi).
3. Keyakinan akan adanya setan
”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS Fatir : 6).
Manusia yang mempunyai keyakinan bahwa selama hidupnya di dunia akan selalu dihasut oleh setan (baik setan yang berasal dari manusia maupun jin atau perwujudan nafsu jeleknya sendiri), maka hatinya akan selalu siap siaga untuk melawan himbauan yang sesat.
4. Keyakinan bahwa di dunia hanya penentu kehidupan selanjutnya
”Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al Mulk : 1 – 2).
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al ’Ankabut : 64).
Manusia yang mempunyai keyakinan bahwa hidup ini adalah semata-mata arena pengujian bagi ketaatannya dalam mengabdi kepada Allah Yang Maha Pencipa, akan mudah berperilaku sesuai dengan keinginan Allah, meskipun ia mengalami ujian demi ujian. Rasulullah bersabda : ”Hidup ini adalah perjuangan, yaitu perjuangan untuk dapat selalu taat melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangan-laranganNya”.
Kerugian bagi manusia yang tidak memanfaatkan usia
”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS Asy Syams : 9 – 10).
.
.
.
.